PARBOABOA, Jakarta - Penulisan karya ilmiah seringkali menjadi momok yang menakutkan bagi kebanyakan orang.
Para pelajar, mahasiswa, peneliti, dan bahkan guru besar kerap kali menjumpai kesulitan yang sama.
Ragam tantangan dimulai dari merumuskan judul, membangun badan tulisan, dan argumentasi teoritis-konseptual yang sesuai dengan panduan lembaga publikasi.
Sebagai konsekuensi, mereka terpaksa menyewa pihak kedua untuk membantu pengerjaan karya ilmiah.
Laporan sejumlah media menyebutkan bahwa pada 2023 yang lalu, terdapat penemuan yang masif terkait praktik ‘joki karya ilmiah’.
Tujuannya adalah memperoleh integritas akademis yang tinggi, alih-alih berselubung di balik praktik yang tidak sehat.
Terbaru, kasus serupa menyeret nama Kumba Digdowiseiso, Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Nasional (Unas).
Pada Januari hingga April 2024, Kumba mencatatkan namanya pada 160 publikasi ilmiah di Google Scholar.
Pencapaian ini mengundang kecurigaan. Setelah dilakukan pengecekan, Kumba diketahui mencatut nama sejumlah akademisi dari Universitas Malaysia Terengganu (UMT) dalam sejumlah makalah.
Bahkan, laporan Kaukus Indonesia untuk Kebebasan Akademik (KIKA) juga menduga terdapat corak plagiarisme dalam publikasi yang ia tulis di Journal of Social Science pada 2024.
Persoalan seputar ‘joki karya ilmiah’ tentu memiliki ragam alasan. Satu hal yang pasti adalah kesulitan untuk menghasilkan karya ilmiah yang berkualitas agar menjebol ketentuan penulisan jurnal internasional.
Ketentuan ini menjadi syarat yang diundangkan dalam Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara Nomor 17 Tahun 2013 tentang Guru dan Dosen.
Aturan serupa termaktub dalam ketentuan Menteri Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2017 tentang Pemberian Tunjangan Profesi Dosen dan Tunjangan Kehormatan Profesor.
Berhadapan dengan persoalan tersebut, penting bagi penulis untuk mengetahui sejumlah tips dalam menghasilkan karya ilmiah yang berkualitas.
Berikut ini adalah tips-tips yang dapat membantu mereka dalam menghasilkan karya ilmiah dengan lebih efektif:
1. Tekun Membaca
Tak dapat dipungkiri, aktivitas menulis perlu didasarkan atas kebiasaan untuk membaca.
Secara sederhana, membaca berarti mencerap, mengenal, dan mengetahui runtutan ide yang dimaksud dalam sebuah teks.
Orang yang sering membaca akan memiliki perbendaharaan kosakata yang kaya. Selain itu, kebiasaan membaca berdaya mengasah logika dan sistematikanya dalam berpikir.
Dengan giat membaca, orang akan mudah menuangkan ide terhadap suatu persoalan yang ditulis. Lebih jauh, pikirannya akan menjadi lebih kritis dan selektif.
Hasil bacaan yang sering ia geluti membantu pengembangan konsep dan ide terhadap suatu tulisan.
2. Pemahaman yang Mendalam tentang Topik
Langkah kedua dalam menulis karya ilmiah yang baik adalah memiliki pemahaman yang mendalam tentang topik yang akan dibahas.
Luangkan waktu untuk melakukan riset dan membaca literatur terkait topik tersebut. Riset yang dimaksudkan di sini adalah penjelajahan secara intensif terhadap teks-teks hasil publikasi.
Dengan pemahaman yang kuat tentang topik, penulis dapat menyusun argumen yang kohesif dan merangkai ide-ide dengan lebih baik.
3. Rencanakan Struktur yang Jelas
Sebelum mulai menulis, buatlah rencana atau outline yang jelas untuk karya ilmiah. Outline berisi skema penulisan yang dibangun secara sistematik dan struktural.
Tentukan bagaimana penulis harus menyusun argumen, termasuk pengantar, pembahasan, dan kesimpulan.
Struktur yang baik akan membantu memandu penulis selama proses penulisan dan membuat karya ilmiah lebih mudah dipahami oleh pembaca.
4. Gunakan Bahasa yang Jelas dan Tepat
Saat menulis karya ilmiah, hindari penggunaan bahasa yang ambigu atau berbelit-belit. Penulis juga diminta untuk menghindari penggunaan bahasa-bahasa gaul (slang) karena berdampak menurunkan bobot ilmiah sebuah karya.
Gunakan bahasa yang jelas, tepat, dan akurat untuk menyampaikan ide-ide penulis agar tercipta efektifitas.
Selain itu, pastikan untuk menghindari penggunaan jargon atau istilah teknis yang mungkin tidak dimengerti oleh pembaca umum.
5. Berdasarkan Bukti dan Data yang Valid
Penguatan argumen penulis dengan bukti data yang valid dan relevan sangat penting dalam menulis karya ilmiah.
Terkadang, karya ilmiah hanya berisi refleksi atau opini lepas penulis terhadap suatu persoalan.
Hal ini tidak keliru. Namun demikian, penulisan karya ilmiah harus membubuhkan data yang akurat guna mendukung ide dan argumentasi yang disampaikan penulis.
Pastikan untuk mencantumkan sumber referensi yang akurat dan mengutipnya dengan benar sesuai dengan gaya penulisan yang diinginkan, seperti American Psychological Association (APA), Modern Language Association (MLA), dan Chicago.
6. Revisi dan Edit Secara Teliti
Setelah menyelesaikan draft pertama, luangkan waktu untuk merevisi dan mengeditnya secara teliti. Periksa tata bahasa, tanda baca, dan kesalahan lainnya yang mungkin terjadi.
Tahapan revisi dimaksudkan untuk membaca kembali, membuat perbaikan, dan perubahan terhadap format penulisan dan isi yang masih masih keliru.
Terkadang, penulis merasa cepat puas dengan karya yang dihasilkan. Akibatnya, ia tak membuat pengecekan kembali terhadap banyak hal yang keliru.
Tindakan merevisi dan mengedit kembali sebuah tulisan, dengan demikian menjadi sangat penting dalam proses penerbitan karya ilmiah.
Penulis juga dapat meminta bantuan dari rekan sejawat atau pembimbing untuk memberikan masukan dan saran yang konstruktif.
7. Terbuka untuk Umpan Balik
Terakhir, tetap terbuka terhadap umpan balik dari rekan sejawat, pembimbing, atau editor. Umpan balik tersebut dapat membantu penulis untuk meningkatkan kualitas karya ilmiah dan mengidentifikasi area yang perlu diperbaiki.
Jangan ragu untuk melakukan revisi lanjutan jika diperlukan untuk memastikan bahwa karya ilmiah tersebut mencapai standar yang diinginkan.
Dengan mengikuti tips-tips di atas dan meluangkan waktu untuk melatih keterampilan menulis, maka penulis akan menghasilkan karya ilmiah yang berkualitas dan memberikan kontribusi positif terhadap bidang penelitian yang digeluti.