PARBOABOA, Medan – Hari terakhir liburan anak sekolah beberapa lokasi wisata umumnya didatangi oleh wisatawan. Mulai dari wisatawan lokal sampai mancanegara.
Salah satu destinasi wisata yang sering dikunjungi oleh masyarakat Sumatera Utara adalah Bukit Lawang, Langkat.
Namun, pengelolaan tempat wisata yang sudah lama ada di Sumatera Utara itu, masih terbilang minim.
Pasalnya, ada beberapa lokasi yang terlihat kurang terawat, seperti jembatan penyeberangan dan sebagainya.
Selain itu, lokasi tempat wisata ini terbilang cukup banyak pungutan liar (pungli). Padahal, lokasi ini terbilang cukup terkenal secara internasional. Terlihat banyak turis mancanegara yang datang ke lokasi wisata alam ini.
Salah satu pungli yang terlihat adalah sejak masuk ke lokasi, setiap pengunjung yang mengendarai kendaraan bermotor akan diminta biaya parkir yang lebih tinggi dibandingkan biaya parkir pada umumnya.
Selain itu, sewa pondokan, ban dan lainnya terbilang cukup mahal. Ditambah, untuk menyeberangi jembatan yang menghubungkan antara lokasi parkir, penginapan dan sungai setiap pengunjung wajib membayar Rp2.000 per orang.
Seperti yang terjadi pada Minggu, (14/07/2024), beberapa wisatawan lokal dan mancanegara diminta uang jembatan penyeberangan di awal masuk dan harus membayar kembali setelah sampai di ujung jembatan.
“Ya memang harus begitulah, udah biasanya itu di sini kak,” ujar penjaga di ujung jembatan yang mengaku bernama Bejo, kepada PARBOABOA.
Menurutnya, pungutan itu untuk menjaga keamanan dan kebersihan jembatan penyeberangan.
Selain itu, ia dan kawan-kawan lain yang ada di lokasi juga harus menyetor ke atasannya setiap uang yang dihasilkan melalui jembatan penyeberangan.
“Udahlah kak nggak usah dibesar-besarkan, udah biasa itu di sini,” tegasnya.
Sementara itu, seorang wisatawan lokal mengaku keberatan dengan banyaknya pungli di lokasi wisata setempat.
Pasalnya, pungutan di awal dan ujung jembatan tidaklah masuk akal, walaupun nilainya hanya dua ribu rupiah per orang.
“Walaupun cuma dua ribu rupiah, tapi kan itu uang juga. Macam kami lah sekeluarga ada delapan orang, jadi pas mau menyeberang bayar enam belas ribu, pas sampai di ujung bayar lagi enam belas ribu. Kan gila itu,” keluhnya.
Harga itu terus berlaku untuk setiap orang yang akan menyeberangi jembatan. “Jadi maksudnya kalau kita nggak mau bayar di ujung jembatan, kita lompat gitu ke sungai dari tengah jembatan. Makin nggak beres ini lokasi wisata,” tambahnya.
Hal yang sama dikeluhkan oleh Purnama, seorang ibu rumah tangga yang membawa keluarganya berkunjung ke lokasi wisata ini.
Menurutnya, mulai dari masuk sampai keluar, lokasi wisata ini dipenuhi dengan pungli. Walaupun, ia mengaku sudah lama tahu setiap lokasi wisata di Sumatera Utara dipenuhi dengan pungutan liar dari preman setempat.
“Memang sih, sudah banyak di setiap lokasi wisata di Sumut ini yang namanya pungli. Tapi ya nggak begitu kali lah. Masa menyeberangi jembatan pun harus bayar di ujung sama di awal. Kan nggak benar itu,” ujarnya.
Purnama berharap pemerintah setempat bisa menertibkan para preman yang melakukan pungli di kawasan wisata. Banyaknya pungli menurutnya akan membuat wisatawan enggan datang ke lokasi wisata yang indah akan pemandangan alamnya.
“Kalau dari awal masuk kita dikasih tahu per orang kena lima belas ribu misalnya, sampai dalam nggak ada kutipan apa-apa lagi, ya udah kami sih nggak ada masalah. Ini kan di setiap sudut ada aja yang minta yang nggak masuk akal,” tandasnya.
Editor: Fika