PARBOABOA, Pematangsiantar - Seorang pria di Mesir menjadi viral di media sosial karena kisah pilu yang melatarbelakangi kematiannya.
Dilansir laman Gulf News, Sabtu (7/5/2022), Karim Badr meninggal dunia karena patah hati ditinggal oleh tunangannya, Dina.
Pihak keluarga mengatakan, Karim sangat terpukul dengan kepergian kekasih hatinya itu. Dina meninggal karena sakit, hal itu membuat Karim tak kuasa menahan kesedihan.
Ia pun kemudian meninggal pada Kamis, di Provinsi Delta Dakahlia, atau sehari setelah kematian Dina, di Provinsi Delta Nil.
Kampus politeknik, tempat ayah Karim bekerja, menyampaikan dukacita mendalam atas kepergian sepasang kekasih itu dan mengunggah foto mereka di akun Facebook.
Unggahan itu ternyata kemudian mendapat respons luas dari para warganet hingga menjadi viral.
"Dina meninggal setelah mengalami koma akibat diabetes," demikian informasi yang dibagikan di Facebook.
Netizen juga meramaikan media soaial dengan mengungkapkan keperihatinan atas kesetiaan Karim yang sangat tinggi.
"Sang tunangan, Karim, menangis sampai dia meninggal. Dia sangat terpukul dengan kesedihan dan patah hati," kata netizen.
Patah hati atau kesedihan berlarut memang dapat menyebabkan kematian, karena berefek terhadap kesehatan jantung. Apalagi, jika patah hati ini disebabkan oleh pasangan yang dicintai dengan sangat tulus.
Penelitian menemukan, jika terlalu larut dalam patah hati bisa meningkatkan risiko stres, depresi, bahkan kematian.
Melansir dari laman Womens Health, sindrom patah hati juga dikenal sebagai Takotsubo cardiomyopathy, pertama kali ditemukan oleh seorang peneliti yang berasal dari Jepang, sekitar lebih dari 20 tahun lalu.
Peneliti menemukan jika sindrom ini berpengaruh besar pada kinerja jantung seseorang.
David Greuner, M.D., direktur NYC Surgical Associates mengungkapkan jika sindrom patah hati bisa membuat jantung tidak bisa bekerja dengan normal.
Gejala yang ditimbulkan adalah nafas pendek dan nyeri dada. Meski sindrom ini biasanya berlangsung dalam waktu singkat, ini bisa saja membuat kesehatan dan performa jantung menurun.
Akibatnya, seseorang lebih rentan terkena serangan jantung atau masalah jantung lainnya. Jika jantung sudah bermasalah, tentunya ini bisa meningkatkan risiko kematian.