PARBOABOA, Pematangsiantar - Presiden Baru Korea Selatan (Korsel) Yoon Suk Yeol dilantik pada Selasa (10/5/2022). Ia berjanji akan melakukan negosiasi dengan Korea Utara (Korut) guna menyelesaikan masalah program nuklir.
Yoon, yang merupakan politisi konservatif, berencana untuk menawarkan peningkatan perekonomian Korut dengan syarat negara Komunis itu bersedia menghentikan program nuklirnya.
Presiden 61 tahun itu dalam kampanyenya yang lalu berjanji untuk tegas menghadapi Korut. Namun, di upacara pelantikannya, Yoon memilih untuk tidak menggunakan kata-kata keras saat berpidato, menyusul keresahan yang ditimbulkan Korut saat ini.
Diketahui, Pyongyang sekarang tengah mempersiapkan uji coba bom nuklir pertamanya dalam lima tahun terakhir. Korut selama ini selalu menolak tawaran apapun yang terkait dengan denuklirisasi.
"Program nuklir Korea Utara merupakan ancaman. Bukan hanya bagi keamanan kita, tetapi juga bagi Asia timur-laut. Pintu untuk dialog akan tetap terbuka, sehingga kita dapat menyelesaikan ancaman ini," ujar Yoon saat berpidato di depan gedung Parlemen Seoul.
Yoon dilantik dalam sebuah seremoni besar di Majelis Nasional Seoul. "Saya bersumpah di depan orang-orang bahwa saya akan setia menjalankan tugas presiden," kata Yoon.
Ia menggantikan presiden Moon Jae In yang telah menyelesaikan masa jabatan lima tahunnya. Dalam pidato perpisahannya pada Senin (9/5), Moon mengharapkan upaya memulihkan perdamaian dan denuklirisasi di semenanjung Korea bisa terus berlanjut.
"Perdamaian adalah syarat untuk kelangsungan hidup dan kemakmuran kita. Saya sangat berharap upaya untuk melanjutkan dialog antara Korea Selatan dan Korea Utara, membangundenuklirisasi, dan perdamaian akan terus berlanjut," kata Moon pada video yang disiarkan secara langsung.
Pada pidato terakhirnya itu, Moon mengeklaim pemerintahnya membantu meringankan bahaya perang di Semenanjung Korea dan memunculkan perdamaian melalui diplomasi.
"Alasan mengapa kami gagal melangkah lebih jauh bukan karena kami tidak memiliki suara dan tekad untuk melakukannya. Ada penghalang yang tidak bisa kami atasi hanya dengan tekad kami. Itu adalah penghalang yang harus kita atasi," kata Moon, tanpa menjelaskan apa hambatannya.
Selain program denuklirisasi Korut, Yoon juga menyoroti masalah ekonomi yang kian memburuk. Beberapa hal di antaranya ialah kurangnya lapangan pekerjaan serta semakin besarnya jarak antara si kaya dan si miskin sehingga menimbulkan krisis demokrasi.