PARBOABOA, Jakarta - Presiden Amerika Serikat Joe Biden meminta Presiden China Xi Jinping untuk berkerja sama mencari solusi terkait perselisihan dua negara saat menghadiri konferensi tingkat (KTT) G20 di Bali.
Biden menjelaskan bahwa ia ingin membahas garis merah masing-masing negara di sela-sela pertemuan puncak itu pada tanggal 15 November sampai 16 November 2022 mendatang.
"Apa yang diyakini sebagai kepentingan nasional krusial China, apa yang saya ketahui sebagai kepentingan krusial Amerika Serikat, dan untuk menentukan apakah mereka bertentangan satu sama lain atau tidak," ujarBiden seperti dilansir dari AFP, Kamis (10/11/2022).
Kemudian, Biden menerangkan jika ada konflik ia berharap kedua pihak akan “bekerja sama mencari bagaimana solusinya.”
Pada tahun 2020 lalu, Biden dan Xi Jinping sempat berbica via telepon. Namun mereka belum pernah bertemu secara langsung. Kedua presiden itu disebut saling mengenal dengan baik.
Karena pada tahun 2011 silam, Biden berkunjung ke China dan menghabiskan waktu bersama Xi Jinping. Ketika saat itu, mereka sama-sama masih menjadi wakil presiden.
Di luar itu, China-AS sering terlibat dalam perselisihan dan persaingan di berbagai sektor. Beberapa di antaranya perang dagang, saling tuding melanggar hak asasi manusia, sampai persoalan Taiwan.
Dalam beberapa kesempatan, Biden mengatakan AS siap berkomitmen membela Taiwan, yang ingin memisahkan diri dari China. Tetapi, dia juga menegaskan posisi Washington yang mempertahankan kebijakan ambiguitas strategis.
"Prinsip [AS ke] Taiwan tak berubah sama sekali sejak awal," pungkas dia.
Amerika Serikat mempunyai Undang-Undang Relasi Taiwan (RTA). Berdasarkan UU itu, Washington dapat menjalin hubungan dengan rakyat Taiwan dan pemerintah pulau itu tanpa perlu menjelaskan spesifik pemerintah yang dimaksud.
Karena Amerika Serikat selama ini menganggap Taiwan sebagai mitra kunci di bidang keamanan dan ekonomi di kawasan Indo-Pasifik.