PARBOABOA, Medan - Perajin keranjang parsel rotan di Kota Medan, Sumatra Utara mengeluhkan minimnya pesanan. Imbasnya, omzet yang diterima perajin pun menurun. Belum lagi harga rotan sebagai bahan baku utama pembuatan keranjang parsel semakin tinggi.
Seperti yang disampaikan Siti Zahara (40), salah seorang pedagang keranjang parsel rotan di Jalan Amal, Medan Sunggal, Kota Medan yang mengaku akhir-akhir ini penjualannya semakin sepi pembeli.
Siti mengungkapkan, ia kebanjiran pembeli di periode-periode tertentu, seperti hari raya keagamaan.
"Selama puasa sampai lebaran pesanan banyak, omzet bisa mencapai Rp50 juta hingga Rp200 jutaan. Kalau sekarang menurun dari sebelumnya. Hanya Rp5 juta sampai Rp7,5 juta. Syukurnya kemarin ada pesanan 600 pcs, jika tidak ya enggak ada omzet," keluhnya, saat ditemui PARBOABOA di kediamannya.
Siti menjual keranjang parsel buatannya dengan harga yang bervariasi, mulai dari Rp15 ribu hingga Rp65 ribu. Tidak hanya itu, pembuatan keranjang parsel Siti juga dilakukan secara manual dan melibatkan sekitar 10 orang tenaga kerja.
"Harga yang kita jual stabil. Yang kecilnya 15 ribu, ada yang 45 ribu, dan paling besar 65 ribu. Hanya saja harga bahan rotannya selalu naik, gak pernah turun. Jadi hasil penjualan dengan keuntungan menipis. Padahal harus bayar gaji pegawai lagi," keluhnya.
Ia bahkan terpaksa merumahkan karyawannya, saat penjualan keranjang parsel rotan sepi pembeli.
"Kita sudah berusaha, tapi tetap belum ada, jadi ya mau bagaimana lagi. Untuk buat di online pun saya enggak bisa. Mungkin memang karena faktor ekonomi, keuangannya. Makanya sebenarnya banyak juga penjual seperti ini yang tutup," jelasnya.
Permasalahan lain, lanjut Siti, banyak penjual keranjang rotan yang menjual dengan harga yang lebih murah dibandingkan miliknya.
"Kalau masalah persaingan pasti ada. Ada yang kasih harga lebih murah. Mungkin dia tenaganya sendiri, nganyam sendiri, jahitnya sendiri makanya bisa kasih harga murah," ungkapnya.
Pedagang Buah Malah Kebanjiran Orderan Parsel
Namun, kondisi berbeda dialami Loren, salah seorang pedagang buah penjual buah di Jalan Setia Budi, Tanjung Sari, Kecamatan Medan Selayang.
Ia mengatakan, penjualan parsel buah yang menggunakan keranjang rotan saat ini mengalami kenaikan.
Loren menduga kenaikan dikarenakan saat ini sedang musim wisuda di beberapa kampus di Medan. Ia juga memperkirakan saat ini sedang musim sakit, sehingga banyak yang membeli untuk dijadikan buah tangan menjenguk orang sakit.
"Jadi biasanya buat parsel ke rumah sakit dan ke kampus-kampus," katanya kepada PARBOABOA.
Pemilik Syariah Buah ini juga mengaku memesan keranjang parsel rotan ini kepada perajin yang ada di Kota Medan. Namun, lanjut dia, pemesanan disesuaikan dengan permintaan atau penjualan parsel.
"Kalau misalnya keranjang rotan yang paling kecil duluan habis maka kita pesan duluan. tadi baru masuk juga keranjang rotan kita. kalau perhitungan rata-rata masuknya itu 100 keranjang per masing-masing ukuran. tapi kalau ukurang yang menengah ini karena permintaan agak lebih banyak bisa sampai 150 keranjang. tapi kadang dari pembuat keranjang rotannya juga enggak selalu ada sih, jadi kita akali dengan selanjutnya beli lebih banyak," ungkap Loren.
Namun, seiring perkembangan zaman, pembeli, terutama mahasiswa malah ingin menekan harga dan meminta penjual buah mengganti keranjang parsel rotan tadi dengan piring plastik atau styrofoam.
"Anak kuliahan sekarang sudah lebih banyak pesan pakai yang piring styrofoam atau piring plastik, karena lebih murah. Kalau parsel keranjang rotan kan agak lebih mahal karena keranjang rotannya aja bisa sampai Rp20 ribu satu buah," jelas Loren.
Ia juga mengaku penjualannya meningkat 2 hingga 3 kali lipat saat hari-hari besar keagamaan seperti Lebaran, Natal dan Tahun Baru. Di momen itu, Loren mengaku bisa mendapat pesanan hingga 50 parsel per hari.
"Antara seminggu sebelum lebaran atau seminggu sesudah lebaran, sama dengan tahun baru, seminggu sebelum tahun baru atau seminggu setelah tahun baru. Setelahnya kembali lagi ke normal," tambahnya.
Baik Siti Zahara dan Loren hanya berharap usaha yang mereka lakukan bisa terus berkembang, sehingga mampu menciptakan lapangan pekerjaan di Medan, Sumatra Utara.
Editor: Kurniati