PARBOABOA, Pematang Siantar - Videografi, sebagai bagian dari industri kreatif, telah mencatat peningkatan minat yang signifikan dalam beberapa tahun terakhir di seluruh dunia. Namun, di Kota Pematang Siantar, situasinya tampak berbeda.
Saza Sidabutar (30), seorang videografer dan editor video berpengalaman selama tujuh tahun, memberikan pandangan uniknya mengenai perkembangan videografi di kota ini.
Menurutnya, perkembangan videografi di Kota Pematang Siantar sempat mengalami pertumbuhan yang cukup pesat antara 2017 hingga 2020 silam.
Tetapi dalam beberapa tahun terakhir, dia melihat adanya kebuntuan inovasi dalam industri kreatif ini.
"Saya melihat, sebelumnya standart kualitas karya-karya seni visual di kota ini sempat meningkat dan beragam, karena para videografer masih semangat belajar", katanya kepada Parboaboa, Selasa (5/9/2023).
Penurunan ini, katanya, terjadi karena dampak dari pandemi CoronaVirus Disease 2019 (COVID-19) sehingga mengganggu stabilitas ekonomi kreatif.
Banyak klien yang tidak mampu membayar layanan videografi dengan kualitas lebih tinggi, sehingga semangat para videografer untuk menciptakan video kreatif yang beragam mengalami penurunan.
Saat ini, tren utama yang mendominasi adalah video sinematik pernikahan dan pra-pernikahan. Sementara tren lainnya yang pernah berkembang seperti video musik dan video perjalanan sudah jarang terlihat.
"Padahal sebelumnya lumayan banyak video musik dan video traveling berkualitas yang bisa dibuat para videografer di sini", katanya.
Melihat situasi ini, Saza mengaku ingin membangkitkan lagi dunia videografi di Pematang Siantar. Ia berencana mengenalkan konsep videografi yang melibatkan efek tiga dimensi sebagai suatu inovasi yang masih jarang ditemui.
Saza bahkan telah membentuk tim untuk memproduksi film-film pendek yang akan ditayangkan di media sosial, sambil mengasah kemampuannya sebagai seorang sutradara.
"Beberapa waktu lalu saya ditawari untuk bekerja di Hollywood, tapi saya menolaknya, karena masih ada rasa semangat untuk berkarya di kota ini", ungkapnya.
Menurutnya, minat masyarakat akan terus tumbuh terhadap seni visual, terutama dengan memanfaatkan media sosial.
Saza melihat bahwa videografi memiliki potensi besar untuk memengaruhi masyarakat. Konten berupa video bisa menjadi alat untuk mengenalkan budaya dan edukasi.
"Saya berharap agar para videographer di kota ini tetap berinovasi, dengan membuat konten yang kreatif dan segar", tutupnya.
Industri Videografi Sebagai Pendongkrak Ekonomi Indonesia
Selain untuk mengenalkan budaya dan edukasi, industri videografi nyatanya mampu mendongkrak perekonomian Indonesia.
Dalam konferensi terbaru, "Indonesia in View," yang diselenggarakan oleh Asosiasi Industri Video Asia (AVIA), terungkap bahwa industri video di Indonesia sedang mengalami pertumbuhan yang luar biasa.
Menurut penelitian terbaru yang dilakukan oleh Media Partners Asia (MPA), total pendapatan industri video diperkirakan akan meningkat dari 2,5 miliar dolar AS pada tahun 2023 menjadi 3,7 miliar dolar AS pada tahun 2028.