PARBOABOA, Pematang Siantar - Pegiat literasi di Pematang Siantar, Sumatra Utara, Erlina Siahaan mengungkapkan perlunya kolaborasi untuk meningkatkan literasi di masyarakat.
"Untuk meningkatkan literasi di masyarakat perlu adanya kolaborasi dari keluarga, lingkungan, dan sekolah," katanya dalam diskusi publik bertema 'Membangun Literasi Kota Pematang Siantar Demi Cerdasnya Generasi' yang diselenggarakan oleh PARBOABOA, media online di Pematang Siantar, Sabtu (17/6/2023).
Erlina menilai, kolaborasi dari tiga faktor ini penting, karena pemerintah masih belum cukup menyediakan sarana untuk meningkatkan literasi di Kota Pematang Siantar.
Sementara itu, akademisi di Kota Pematang Siantar, Jalatua Habungaran Hasugian juga mengakui rendahnya literasi masyarakat, terutama di tingkat universitas.
“Tingkat literasi mahasiswa di universitas di Pematang siantar sangat rendah," katanya di lokasi yang sama.
Jalatua yang juga dosen pendidikan sejarah di Universitas Simalungun ini mencontohkan, saat dirinya memberikan tugas kepada mahasiswa. Kebanyakan mahasiswa, katanya, malas membaca literatur dari buku-buku yang ada di perpustakan dan lebih memilih mengerjakan tugas itu dengan meng-copy paste dari internet.
"Bukan itu saja, rendahnya tingkat literasi mahasiswa di Pematang Siantar terlihat dari perpustakan-perpustakan yang hanya menjadi gudang buku saja," kata Jalatua.
Disdik Pematang Siantar Akui Tertinggal dari Daerah Lain di Indonesia
Semetnara itu, Pelaksana Tugas Kepala Dinas Pendidikan Kota Pematang Siantar, Rudol Barmen Manurung juga mengakui tingkat literasi di kota itu masih tertinggal dengan daerah-daerah lain di Indonesia.
Ia juga mengakui buku-buku yang ada di perpustakaan di Kota Pematang Siantar sebagian besar hanya buku-buku pelajaran.
“Tingkat literasi kota Pematang Siantar masih tertinggal jauh dari daerah daerah lain di Indonesia seperti Kota Malang contohnya. Saya baru selesai kunjungan kerja dari Kota Malang dan melihat bagaimana tingkat literasi di sana sangat tinggi. Perpustakaan perpustakaan di sana (sekolah-sekolah di Malang) sudah sangat bagus," kata Rudol yang juga salah seorang pemateri di diskusi Publik yang diselenggarakan Parboaboa itu.
Diskusi publik ini berlangsung di Revolusi Kopi, Jalan Dataran Tinggi, Siopat Suhu, Kota Pematang siantar. Diskusi dimulai sekitar pukul 14.00 WIB dan berakhir pada pukul 17.30 WIB.
Diskusi juga disiarkan langsung melalui akun Facebook Parboaboa dan akun Youtube @Parboaboa.
Penyelenggaraan diskusi publik ini sebagai usaha PARBOABOA mendorong peningkatan literasi masyarakat Kota Pematang Siantar, terutama generasi muda.
“Media harus memberikan konten yang berbasis data kepada masyarakat agar tidak menimbulkan misinformasi atau hoax. Literasi media yang harus dibangun kepada masyarakat lewat media yang kredibel,” ucap redaktur senior PARBOABOA, Tonggo Simangunsong.
Dalam kesempatan itu, Tonggo menyebut pentingnya peran penting media dan jurnalis untuk meningkatkan kesadaran literasi di masyarakat.
"Terutama dalam menyediakan informasi yang akurat dan berbasis data kepada masyarakat," pungkas dia.
Diskusi Publik PARBOABOA ini juga dihadiri berbagai elemen masyarakat seperti Organisasi Cipayung, Komunitas Literasi “Kopi Panas”, UKM Pers dan Sastra dari Universitas Simalungun, Rumah Baca Pelita, Komunitas Literasi “Beta Manurat” dan Dewan Pimpinan Cabang Persekutuan Intelegensia Kristen Indonesia (PIKI) Kota Pematang Siantar.