PARBOABOA, Pematang Siantar - Menjelang akhir Oktober 2023, pembangunan Gedung Merdeka di Kota Pematang Siantar baru mencapai 30 persen. Pembangunan gedung di Jalan Merdeka, Kelurahan Pardomuan, Kecamatan Siantar Timur itu baru menyelesaikan pengerjaan basemen dan mendirikan tiang lantai dua.
"Pengerjaan basemen sudah selesai dan tiang lantai dua sudah dinaikkan dan kita akan kebut," kata Yudy, penanggung jawab pelaksana dari PT Abadi Jaya, Yudy kepada PARBOABOA, Kamis (19/10/2023).
Yudy menjelaskan, tanah yang bergelombang menjadi salah satu faktor keterlambatan pengerjaan basemen Gedung Merdeka. Sehingga terpaksa dikeruk dan diratakan.
"Selain itu, penyediaan bahan material yang terlambat. Banyak bahan pabrikasi yang kita gunakan untuk konstruksi gedung seperti besi, baja, baja ringan, tela ringan dan lain-lain. Bahan-bahan peretelan seperti itu yang terlambat," akui Yudy.
Namun, lanjut Yudy, pengerjaan yang dilakukan perusahaannya mengikuti gambar seperti yang tertuang dalam Rencana Anggaran Biaya (RAB) proyek Gedung Merdeka.
Tidak hanya itu, pertimbangan lainnya yaitu terkait pengujian material sampel untuk konstruksi bangunan tahan gempa yang berpedoman pada Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 16 Tahun 2021 tentang Peraturan Pelaksanaan Undang-undang Nomor 28 Tahun 2002 tentang Bangunan Gedung. Apalagi bangunan tersebut lima lantai.
"Dimana kita pastikan struktur bangunan gedung diperhitungkan tingkat risiko guncangan, akses jalan untuk kondisi darurat hingga hubungan vertikal antara lantai berupa tersedianya sarana yang memadai untuk memudahkan pengguna bangunan gedung," tegasnya.
Selain itu, pelaksana proyek juga telah melakukan koordinasi dengan masyarakat dan Pemerintah Kota (Pemko) Pematang Siantar, baik keluhan lingkungan dan kebisingan yang ditimbulkan dalam pelaksanaan proyek.
"Berbagai keluhan dari masyarakat juga sudah kami tanggapi dengan baik," ungkap Yudy.
Disinggung soal pengerjaan proyek saat musim hujan dan potensi keterlambatan penyelesaian, Yudy menambahkan, perusahaannya mengantisipasinya dengan menambah jumlah pekerja.
"Untuk penambahan setiap pekerja kita lakukan secara bertahap, tergantung cuaca dalam pelaksanannya dan memenuhi spesifikasi bangunan sesuai di RAB proyek," tutupnya.
Pantauan PARBOABOA, pembangunan lantai 2 Gedung Merdeka sudah dilakukan dan pengerjaan lantai dasar atau basemen yang akan digunakan sebagai lahan parkir baru 90 persen. Sekitar 25 pekerja yang terlihat mengerjakan pembangunan gedung itu.
Sementara itu, Pelaksana Tugas (Plt) Kepala Dinas Pemuda, Olahraga, Budaya dan Pariwisata (Kadisporabudpar) Pematang Siantar, Hamam Soleh mengingatkan agar kontraktor mempercepat proses penyelesaian hingga ketetapan jadwal evaluasi pelaksanaan yang berada di awal Desember tahun 2023.
"Kita minta keseriusan rekanan mempercepat proses penyelesaian, mengingat waktu yang tersisa tinggal sebentar lagi," ungkapnya kepada PARBOABOA, Sabtu (21/10/2023).
Hamam mengatakan, saat ini Disporapar Pematang Siantar fokus pada rencana penggunaan Gedung Merdeka sebagai venue bagi cabang olahraga (cabor) kick boxing di PON ke-XXI Aceh dan Sumatra Utara 2024 mendatang serta fasilitas penunjang lainnya yang harus diselesaikan.
"Kita masih optimis jika Gedung Merdeka jadi venue kita, bukan penundaan status atas venue kick boxing," timpalnya.
Ia meminta masyarakat Pematang Siantar mendukung pembangunan fasilitas Gedung Merdeka untuk meningkatkan mutu olahraga di kota itu.
"Jangan maknai pembangunan Gedung Merdeka ini sebagai proyek semata. Kehadiran Gedung Merdeka ini untuk perputaran ekonomi masyarakat," imbuh Hamam.
Respons Pengamat Kontruksi
Menanggapi pembangunan Gedung Merdeka yang baru 30 persen, pengamat teknik konstruksi di Kota Pematang Siantar, Teddy Silalahi mengaku tidak maksimalnya kualitas pembangunan Gedung Merdeka bisa berujung pada kekecewaan masyarakat.
"Prediksi saya, jika dipaksakan pelaksanaan pembangunan seperti dikebut akan berpengaruh juga atas pemakaiannya," katanya kepada PARBOABOA, Sabtu (21/10/2023).
Belum lagi jika pengerjaan bangunan dilakukan di saat kondisi cuaca yang tidak menentu.
"Berpengaruhlah tergantung mekanisme kerjanya, tentu jika mengecor di saat hujan atau usia coran belum matang akan mempengaruhi usia atau ketahanan bangunan," ungkapnya.
Ketua Badan Pengurus Cabang (BPC) Gabungan Pengusaha Konstruksi Nasional (Gapensi) Siantar-Simalungun ini menilai, PT Abadi Jaya juga kurang menerapkan K3 saat mengerjakan proyek.
"Hal itu, terlihat dari tidak adanya petugas yang turun ke jalan saat membersihkan residu dan sisa material dari ban kendaraan proyek di jam sibuk," kata Teddy.
Tidak hanya itu, Teddy juga mengkritik kurangnya tanda kendaraan keluar masuk di pintu masuk proyek. Kemudian kontraktor pelaksana yang tidak mempublikasikan miniatur atau maket desain Gedung Merdeka yang bisa dilihat dan dipantau masyarakat.
"Kalau perlu menambahkan lampu kuning di sepanjang Jalan Merdeka menuju pintu akses masuk proyek. Itu pun tidak ada," ungkapnya.
Teddy juga mengingatkan Pemko Pematang Siantar lebih agresif menurunkan tim pengawas, utamanya untuk mengawasi mutu bangunan.
"Karena proyek ini adalah sistem BOT, yakni built, operate, transfer diharapkan Pemko lebih aware terhadap mutu bangunan, sebab 30 tahun kemudian, sesuai dengan perjanjian antara Pemko dengan PT Suryatama Mahkota Kencana dengan pola pemanfaatan BGS (bangun guna serah), akan sebagai pemilik akhir bangunan tersebut," imbuhnya.
Editor: Kurniati