Peliknya Masalah Perempuan di Iran, Remaja Putri Tak Berjilbab Koma setelah Konfrontasi dengan Petugas 

Armita Geravand kritis dan koma di rumah sakit setelah diduga terlibat konfrontasi dengan petugas di metro Teheran. (Foto: X/@AlinejadMasih)

PARBOABOA, Jakarta - Kontroversi tentang perempuan Iran dan hak-haknya sepertinya tak kunjung usai. 

Dalam kasus terbaru, seorang remaja berusia 16 tahun, Armita Geravand, diketahui dalam kondisi kritis dan koma di rumah sakit setelah diduga terlibat konfrontasi dengan petugas di metro Teheran. 

Konfrontasi diduga akibat Geravand yang tak memakai jilbab atau penutup kepala saat berada di luar rumah.

Sebagai informasi, pemerintah Iran memiliki peraturan cara berpakaian terutama bagi perempuan yang wajib mengenakan penutup kepala atau jilbab. 

Tak hanya itu, pemerintah juga memiliki petugas yang menegakkan aturan berpakaian secara Islami. 

Namun seperti membantah berita yang beredar, orang tua Geravand justru mengatakan, putri mereka mengalami penurunan tekanan darah, kehilangan keseimbangan, dan kepalanya terbentur saat berada dalam kabin metro.

Hal itu yang membuatnya pingsan dan koma hingga saat ini. 

Dari rekaman CCTV stasiun, benar terlihat Geravand diketahui tidak mengenakan jilbab saat memasuki stasiun pada Minggu (1/10/2023) lalu.
 
Dalam rekaman, tampak Geravand bersama sejumlah penumpang berjalan menuju kereta dari arah peron metro. 

Saat memasuki kabin, salah satu penumpang perempuan terlihat langsung mundur.

Tak lama kemudian, masih di titik yang sama, Geravand yang pingsan tampak dibopong oleh sejumlah penumpang keluar kereta. 

Gadis yang pingsan itu lantas dibaringkan di lantai peron sementara sejumlah penumpang kembali masuk kereta. 

Perusahaan Pengoperasian Metro Teheran mengatakan, dari rekaman CCTV, tidak ditemukannya tanda-tanda konflik verbal atau fisik antara penumpang atau karyawan perusahaan.

Reaksi Aktivis HAM

Kelompok hak asasi Iran-Kurdi, Hengaw di media sosial mendesak pihak berwenang untuk mempublikasikan rekaman CCTV dari dalam kabin kereta. 

Tak hanya itu, mereka juga menduga, pernyataan orangtuanya tentang penyebab anaknya koma sengaja dibuat di bawah tekanan.

Pemerhati HAM sepertinya khawatir, Geravand akan bernasib sama seperti Mahsa Amini, perempuan 22 tahun yang meninggal setelah ditahan oleh polisi moral pada tahun lalu.

Saat itu, Mahsa Amini juga tak mengenakan jilbab dengan baik sehingga ditangkap polisi moral.

Reaksi Negara Barat

Insiden ini jelas mendapat kecaman dari pemerintah negara-negara Barat, salah satunya, Wakil utusan khusus AS untuk Iran, Abram Paley. 

Dalam akun X, dia mengatakan, Washington mengikuti berita tentang kondisi Geravand dengan cermat. Selain itu, AS juga mengaku terkejut dan prihatin dengan adanya insiden itu. 

Sementara Menteri Luar Negeri Jerman, Annalena Baerbock, mengaku prihatin atas nasib seorang remaja putri Iran yanng berjuang untuk hidupnya karena ketahuan tak berhijab.

Respons Pemerintah

Menanggapi kabar yang beredar luas, pemerintah Teheran membantah laporan tentang apa yang menimpa Geravand. 

Juru bicara Kementerian Luar Negeri, Nasser Kanaani juga mengkritik negara Barat atas respons mereka tentang hak-hak perempuan di Iran dan kasus Geravand.

Dia bahkan menyebut negara Barat itu lebih baik mengkhawatirkan petugas kesehatan, pasien, dan penanganan situasi mereka sendiri.

Editor: Umaya khusniah
TAG :
Baca Juga
LIPUTAN KHUSUS