PARBOABOA, Medan – Aksi jual kembali melanda bursa di Asia. Mayoritas kinerja bursa di Asia pada perdagangan hari ini ditransaksikan di zona merah.
Di tengah minimnya sentimen pasar pada hari ini, tekanan jual mengindikasikan bahwa pelaku pasar lebih memilih wait and see menjelang keputusan suku bunga acuan The FED pada hari Kamis mendatang.
IHSG (Indeks Harga Saham Gabungan) pada sesi pembukaan perdagangan pagi tadi ditransaksikan melemah di level 7.383. IHSG berpeluang untuk bergerak dalam rentang 7.220 hingga 7.290di sesi perdagangan pagi.
Pengamat Ekonomi Sumatera Utara, Gunawan Benjamin mengatakan agenda ekonomi yang akan berpengaruh pada pasar keuangan di Asia adalah rilis data investasi Asing di China.
Sementara itu, data indeks kepercayaan konsumen Amerika Serikat juga dijadwalkan akan dirilis pada hari ini.
Jika melihat indikator keuangan di AS seperti imbal hasil US Treasury 10 tahun yang terpantau di kisaran level 4.177 persen, USD Index yang mengalami kenaikan di kisaran 104.64. Maka data tersebut mengindikasikan adanya tekanan pada pasar keuangan di tanah air.
Selain IHSG, mata uang Rupiah juga berpeluang ditransaksikan melemah dalam rentang 16.280 hingga 16.130 per US Dollar.
Pada sesi pembukaan perdagangan pagi ini, mata uang Rupiah terpantau ditransaksikan melemah di level 16.300 per US Dollar.
Secara keseluruhan pelaku pasar masih dibayangi ketidakpastian jelang keputusan bunga acuan The FED. “Dan tidak hanya pasar keuangan di tanah air, harga emas terpantau melemah di level 2.379 US Dollar per ons troy nya,” jelas Gunawan Benjamin kepada PARBOABOA, Selasa (30/07/2024).
Di sisi lain, sebelumnya Gunawan Benjamin memaparkan pada awal pekan penutupan perdagangan kemarin, IHSG ditutup naik tipis sebesar 0.01 persen di level 7.288,9.
IHSG bahkan sempat diperdagangkan di zona merah sebelum akhirnya ditutup menguat terbatas. Penguatan mayoritas bursa di Asia pada perdagangan kemarin nyatanya tidak memberikan dorongan penguatan yang lebih bagi IHSG.
Sejumlah bursa seperti Nikkei Jepang dan Hang Seng China membukukan kenaikan yang signifikan yaitu 2.13 persen dan 1.2 persen.
Sementara itu, kinerja mata uang Rupiah pada penutupan perdagangan kemarin juga ditutup menguat tipis di level 16.275 per US Dollar.
Berbeda dengan IHSG, mata uang Rupiah justru mampu melawan tekanan US Dollar. Di mana US Dollar mengalami penguatan terhadap sejumlah mata uang di Asia.
US Dollar terpantau menguat terhadap Yuan China, Hong Kong Dollar, Rupe India dan Singapore Dollar.
Gunawan Benjamin menuturkan, walaupun menguat kinerja mata uang Rupiah sempat tertekan di level 16.290 per US Dollar.
Mata uang Rupiah di awal perdagangan sempat tertekan meskipun imbal hasil US Treasury justru mengalami penurunan.
Mata uang Rupiah sendiri memang kerap melemah saat The FED akan menetapkan besaran bunga acuannya.
Rilis data investasi asing di tanah air menunjukkan bahwa di kuartal kedua (Q2), secara tahunan investasi asing langsung di Indonesia tumbuh 16.6 persen.
Data tersebut menjadi satu-satunya data yang paling berpengaruh terhadap kinerja pasar keuangan di tanah air. Di tengah minimnya sentimen ekonomi eksternal kemarin.
Di sisi lain, harga emas pada perdagangan sore kemarin ditransaksikan sedikit mengalami penurunan di kisaran 2.390 US Dollar per ons troy nya.
“Harga emas relatif membaik meskipun diperkirakan sulit naik hingga keputusan The FED mendatang. Jika dirupiahkan, harga emas saat ini ditransaksikan di angka Rp1.25 juta per gram,” tandas Gunawan Benjamin.
Editor: Fika