PARBOABOA, Pematang Siantar - Perlombaan Panjat pinang masih menjadi primadona saat perayaan Kemerdekaan Republik Indonesia, termasuk di Kota Pematang Siantar, Sumatra Utara.
Meskipun Kota Pematang Siantar sempat diguyur hujan, namun semangat masyarakat mengikuti lomba panjat pinang tak pudar.
Seperti yang terlihat di lapangan lapangan bola atas yang ada di Jalan Farel Pasaribu dan di Jalan Gunung Simanuk-Manuk atau depan kebun binatang.
Di sana, terlihat sebatang pohon pinang yang tingginya mencapai 9 hingga 10 meter dan telah diberi pelumas.
Berbagai hadiah menarik yang menggoda tergantung di puncaknya, mulai dari kebutuhan rumah tangga, barang elektronik hingga uang tunai.
Jika dilihat filosofinya, perlombaan panjat pinang menjadi saksi bisu semangat gotong royong dan kebersamaan masyarakat, khususnya di Kota Pematang Siantar.
Mereka yang ingin mendapatkan hadiah harus berjuang mencapai puncak dengan bekerja sama, seperti tujuan masyarakat Indonesia bersama mencapai kemerdekaan.
Salah seorang warga yang hadir menyaksikan perlombaan panjat pinang di Lapangan Bola Atas, Jalan Farel Pasaribu, P.Situmeang, mengungkapkan panjat pinang akan selalu menjadi perlombaan yang ditunggu-tunggu masyarakat Kota Pematang Siantar saat peringatan kemerdekaan Indonesia.
"Walaupun setiap tahunnya kita melihat perlombaan yang sama, tetapi masyarakat tetap antusias dan semangat sama seperti tahun tahun sebelumnya," katanya.
Masyarakat lainnya, Desi Marpaung, penonton panjat pinang mengaku senang melihat semangat peserta yang tak pantang menyerah untuk mencapai puncak dan mendapatkan hadiah.
“Seru bang nontonnya. Sampai hitam badan-badan mereka (para peserta). Sudah sampai hitam pun belum tentu dapat mereka hadiahnya,” katanya sambil tertawa kepada PARBOABOA, Kamis (17/08/2023).
Sementara salah seorang peserta panjat pinang yang ada di Lapangan Bola Atas, Pandapotan, mengaku tertarik ikut lomba tidak semata-mata hanya ingin mendapatkan hadiah, tapi juga melatih kekompakan dengan teman-temannya.
"Kalau buat hadiahnya sih itu nomor 2 bang. Paling penting itu lucu-lucuan aja sama kawan-kawan," ungkapnya sembari tertawa.
Pandapotan mengaku tidak ada latihan khusus untuk mengikuti perlombaan panjat pinang. Ia dan teman-temannya hanya menyusun strategi badan paling besar yang akan menjadi pondasi paling bawah.
"Enggak ada persiapan khusus bang. Pakai strategi yang badannya paling besar itu jadi pondasi paling bawah biar enggak gampang jatuh bang," katanya.
Sejarah Panjat Pinang
Dalam buku Hiburan Masa Lalu dan Tradisi Lokal karya Fandy Hutari dijelaskan sejarah tradisi perlombaan panjat pinang di Indonesia berasal dari budaya Tionghoa. Perlombaan ini pertama kali tercatat ada di zaman Dinasti Ming dengan nama Qiang Gu dan sangat erat kaitannya dengan Festival Hantu.
Lebih lanjut, Panjat pinang di Indonesia sendiri mulai dikenal masyarakat pada saat Belanda mulai menduduki Negara penghasil rempah-rempah tersebut.
Saat itu, panjat pinang menjadi hiburan untuk acara acara besar seperti pernikahan, hajatan dan ulang tahun. Hadiah yang digantung biasanya berupa makanan seperti keju dan gula, ada pula pakaian.
Hadiah-hadiah di puncaknya saat itu diminati orang pribumi sehingga mereka mati-matian memanjat pohon pinang hanya untuk mendapatkannya. Sedangkan, kolonial dan pribumi antek Belanda hanya menjadi penonton.
Terlepas dari sejarah kelamnya, Fandy lewat bukunya mengibaratkan hadiah panjat pinang layaknya kemerdekaan Indonesia.
Pemuda perlu saling bahu membahu dan menopang tubuh satu sama lain untuk merebut kemerdekaan dari bangsa penjajah. Hingga akhirnya, pemuda mencapai puncak dan mendapatkan hadiah yang diibaratkan sebagai akhir perjuangan dalam mendapatkan kemerdekaan.