PARBOABOA, Pematangsiantar - Emmanuel Macron tetap mempertahankan jabatannya sebagai presiden Prancis usai memenangi Pemilu gelombang kedua pada Minggu waktu setempat.
Dilansir kantor berita Associated Press, Senin (25/4/2022), kemenangan Macron menimbulkan kelegaan di antara para sekutu, khususnya terkait penggunaan persenjataan nuklir yang tidak akan berpindah jalur di tengah perang Ukraina.
Sebelumnya diberitakan jika saingan Macron dalam Pemilu, Marine Le Pen, memiliki hubungan dekat dengan Rusia dan diduga akan membantu memuluskan jalan bagi Moskow menguasai Kyiv.
Sementara Uni Eropa (UE) dan Negara-negara Pakta Pertahanan Atlantik Utara (NATO) sedang berusaha menghukum Rusia atas aksinya menginvasi Ukraina.
Macron mengaku belum puas dengan masa jabatan pertamanya dan akan berusaha untuk menebus kesalahan.
Para pendukungnya bersorak gembira saat hasil Pemilu muncul di layar raksasa di taman Champ de Mars dekat Menara Eiffel.
Para pemimpin Eropa di Berlin, Brussel, London dan sekitarnya menyambut baik kekalahan Le Pen yang nasionalis dan skeptis.
Dengan 97% suara dihitung, Macron berada di jalur untuk mendapatkan 57,4% suara solid. Hal itu berdasarkan perhitungan Kementerian Dalam Negeri.
Namun dalam pidato kemenangannya, dia mengakui bahwa banyak yang hanya memilih dia untuk menjauhkan Le Pen.
Dan presiden 44 tahun itu berjanji untuk mengatasi perasaan banyak orang Prancis bahwa standar hidup mereka sedang merosot.
"Banyak orang di negara ini memilih saya bukan karena mereka mendukung ide-ide saya, tetapi untuk mencegah ide-ide sayap kanan. Saya ingin berterima kasih kepada mereka dan tahu bahwa saya berutang budi kepada mereka di tahun-tahun mendatang," katanya.
"Tidak seorang pun di Prancis akan ditinggalkan di pinggir jalan," katanya dalam pesan yang telah disebarkan oleh para menteri senior yang berkeliling di stasiun TV Prancis.
Dua tahun gangguan akibat pandemi dan lonjakan harga energi yang diperburuk oleh perang Ukraina melambungkan masalah ekonomi ke depan kampanye.
Meningkatnya biaya hidup telah menjadi beban yang bertambah bagi orang-orang termiskin di negara ini.
Le Pen dengan cepat mengakui kekalahan. Tapi, dia bersumpah untuk terus berjuang dengan pemilihan parlemen pada bulan Juni.