PARBOABOA, Pematangsiantar - Pemilihan Umum (Pemilu) Prancis menyisakan dua kandidat, yakni Presiden Emmanuel Macron sebagai petahanan dan Marine Le Pen.
Dilansir Associated Press, Senin (11/4/2022), baik Macron dan Le Pen lolos untuk putaran kedua pemilihan presiden pada 24 April mendatang yang akan mengadu tokoh ekonomi liberal pro-Eropa melawan nasionalis sayap kanan jauh.
Dengan proyeksi Macron berada di tempat pertama mengungguli Le Pen setelah pemungutan suara putaran pertama hari Minggu, kandidat utama lainnya mengaku kalah.
Jajak pendapat lembaga survei Ifop memperkirakan persaingan yang ketat, dengan 51 persen untuk Macron dan 49 persen untuk Le Pen. Pada 2017, dia menang dengan 66,1 persen suara.
Le Pen, yang telah menguasai 10 poin jajak pendapat presiden dalam beberapa pekan terakhir, mengatakan dia adalah orang yang melindungi kaum lemah dan menyatukan bangsa yang lelah dengan elitnya.
"Saya berniat tanpa menunggu untuk menjahit kembali air mata yang diderita Prancis yang tercabik-cabik. Putaran kedua akan menjadi pilihan peradaban," kata Le Pen di hadapan para pendukungnya.
Sementara itu, Macron mengumpulkan 28,1 persen menjadi 29,5 persen suara di putaran pertama pemilihan, sedangkan Le Pen memenangi 23,3 persen menjadi 24,4 persen, menurut perkiraan lembaga survei Ifop, OpinionWay, Elabe dan Ipsos.
Kandidat konservatif Valerie Pecresse memperingatkan "konsekuensi bencana" jika Macron kalah. Sementara itu, Anne Hidalgo dari Partai Sosialis mendesak para pendukungnya untuk memilih dia "agar Prancis tidak jatuh ke dalam kebencian".
"Tidak ada satu suara pun untuk Le Pen!", ujar kandidat sayap kiri Jean-Luc Melenchon yang menurut perkiraan menempati urutan ketiga dengan sekitar 20 persen suara.
Macron pada 2017 lalu terpilih sebagai presiden termuda Prancis diusia 39 tahun. Menurut laporan Associated Press, meski lima tahun lalu ia menang mudah, dalam pemilu kali ini ia harus berjuang lebih keras untuk mengalahkan lawan politiknya yang berusia 53 tahun itu.