PARBOABOA, Pematangsiantar – Tindakan kekerasan dan intimidasi kepada masyarakat kembali terjadi di Kelurahan Gurilla, Kecamatan Siantar Sitalasari, Pematangsiantar.
Diketahui, pada Rabu sekira pukul 21.00 WIB terjadi kerusuhan antara masyarakat yang tergabung dalam Forum Tani Sejahtera (FUTASI) dengan pihak PTPN IV. Akibat kejadian tersebut, dua perempuan mengalami luka-luka.
Silvia Ramadani, salah seorang warga Kelurahan Gurilla mengalami luka di bagian kepala. Saat ini korban sedang berada di RS Vita Insani Pematangsiantar.
Selain itu, Arta Tambunan juga menjadi korban pelemparan oleh oknum yang tidak bertanggung jawab pada saat kerusuhan berlangsung.
Koordinator Hubungan Masyarakat (Humas) Futasi, Johanes Simanjuntak, menyampaikan, pada malam sebelum terjadi kericuhan, masyarakat mengalami intimidasi.
Selama 4 hari ini, pelaku setiap malam melempari rumah warga, “salah satunya rumah Cianjur Hutagaol,” tutur Johanes kepada PARBOABOA, (06/06/24).
Pada malam kejadian, Johanes menambahkan, masyarakat mendatangi pos satpam dan menanyakan kepada pihak PTPN IV terkait pelemparan.
Namun, ketika dialog sedang berlangsung, sekelompok pemuda mengintimidasi dan melempari rumah warga.
Jadi saat konfirmasi jelasnya, para preman bayaran itu datang, “kurang lebih 10 kereta, teriak-teriak ‘pukul-pukul, bunuh, habisi’,” ungkapnya mencoba mengingat peristiwa itu.
“Pada saat itu, dari kegelapan ada juga warga kita atas nama Arta Tambunan terkena lemparan,” lanjutnya.
Johanes menambahkan, setelah berseteru dengan pihak PTPN IV, salah satu pelaku atas nama Pendi Hulu melakukan tindak kekerasan terhadap Silvia Ramadani.
Tidak lama kemudian, “mundur orang itu dan kita juga mundur ke arah jalan. Namun satu orang atas nama Pendi Hulu, dipukulnya lah ibu ini,” tuturnya.
Lebih lanjut, Johanes menjelaskan, bentuk intimidasi yang dirasakan masyarakat Kampung Baru Gurilla kerap terjadi.
Pengrusakan tanaman masyarakat, teror, hingga puncaknya pemukulan terhadap Tiormerli Sitinjak yang menjabat sebagai ketua Futasi Gurilla.
“Sudah berulang kali terjadi, bahkan ketua juga pernah sampai matanya bengkak. Tapi itupun laporan kita di SP3,” tuturnya.
Wakil Ketua DPRD Kota Pematangsiantar, Mangatas Silalahi, turut hadir setelah insiden tersebut terjadi.
Ia menyampaikan agar konflik antara masyarakat Gurilla dengan Perkebunan PTPN IV tidak diselesaikan dengan aksi premanisme.
Dia berjanji, pihaknya akan memfasilitasi penyelesaian konflik masyarakat tersebut di tingkat Pemerintah Kota.
Sebagai anggota DPRD terpilih, Dia meminta semua pihak untuk bisa menahan diri. Jangan ada tindakan premanisme. Demikian pihak PTPN IV diharapkan tidak berlaku anarkis.
Persoalan ini, harapnya, bisa cepat terselesaikan. “Semoga pak Kapolres bijak dalam hal ini, bila perlu hadir ke sini supaya tidak terjadi tindakan-tindakan yang anarkis,” ungkapnya kepada PARBOABOA (06/06/24).
Pernyataan Sikap
Buntut dari konflik yang terjadi, Anggota DPD RI terpilih 2024-2029, Penrad Siagian, melalui Rumah Gerakannya turut angkat suara dan menyatakan sikap sebagai berikut:
Pertama, meminta kepada Kepolisian Republik Indonesia (Kapolri) untuk melakukan evaluasi kepada Kapolres Pematangsiantar karena tidak mampu memberikan perlindungan kepada masyarakat di Kampung Baru Gurilla.
Kedua, meminta kepada Kapolri memberikan teguran keras karena Kapolres mengabaikan laporan-laporan yang diberikan oleh masyarakat.
Ketiga, meminta Kapolri mencopot Kapolres Pematangsiantar jika terbukti melakukan pengabaian laporan masyarakat dan gagal melindungi keamanan serta kenyamanan masyarakat Pematangsiantar.
Keempat, meminta Menteri BUMN untuk memeriksa Direksi PTPN III yang menyewa preman yang melakukan kekerasan demi kekerasan kepada masyarakat Kampung Baru Gurilla.
Kelima, meminta Menteri BUMN untuk memerintahkan PTPN III tidak mengganggu masyarakat yang berada di kawasan eks HGU yang telah ditetapkan oleh Pemerintah Kota Pematangsiantar bukan menjadi areal perkebunan.