PARBOABOA, Jakarta - Pemerintah Indonesia resmi menetapkan status Kejadian Luar Biasa (KLB) Polio menyusul adanya temuan seorang anak berusia tujuh tahun di Kabupaten Pidie, Aceh mengalami kelumpuhan akibat terinfeksi polio tipe 2.
Dalam konferensi pers Kejadian Luar Biasa Polio di Indonesia yang digelar secara daring, Direktur Direktorat Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (P2P) Maxi Rein Rondonuwu mengatakan, penetapan KLB ini dilakukan karena Indonesia sudah dinyatakan bebas Polio (eradikasi) pada tahun 2014. Namun tiba-tiba ditemukan satu kasus baru di Aceh, sehingga dianggap sebagai kejadian luar biasa.
"Karena Indonesia sudah nyatakan eradikasi tapi ternyata ada (muncul) virus polio liar, apalagi virus (polio) tipe 2 yang dianggap sudah enggak ada lagi," kata Maxi, Sabtu (19/11/2022).
Maxi menjelaskan, KLB ini terjadi karena rendahnya vaksinasi Polio di Indonesia, baik vaksin polio tetes (OPV) dan polio suntik (IPV). Dia memaparkan, sebanyak 30 provinsi dan 415 kabupaten/kota di Indonesia masuk kriteria berisiko tinggi terjadinya KLB Polio.
Untuk di Aceh sendiri setelah adanya temuan infeksi polio ini, Maxi mengatakan Kemenkes dan Badan Kesehatan Dunia (WHO) telah melakukan survey cepat kepada 30 rumah tangga yang memiliki anak di bawah 15 tahun.
Dari hasil survei ini didapati fakta, vaksinasi OPV anak-anak di rumah tangga tersebut rendah, bahkan satu anakpun belum menerima vaksin IPV.
Lebih lanjut, Maxi menjelaskan, faktor utama penyebab rendahnya vaksinasi ini terjadi karena orang tua takut anaknya sakit dan demam setelah menerima vaksin. Kemudian juga karena kurangnya pemahaman tentang pentingnya vaksinasi, faktor adat istiadat, dan keyakinan
Kondisi Anak Terinfeksi Polio di Aceh
Dalam kesempatan yang sama, Maxi mengungkapkan, kondisi anak yang terinfeksi polio ini sudah membaik. Meski sempat mengalami kelumpuhan, pasien sudah kembali dapat berjalan meskipun tertatih-tatih.
Maxi menceritakan, pasien mengalami demam pada 6 Oktober 2022 lalu, dengan gejala awal panas dan flu. Keluhan tersebut dibarengi dengan pelemahan anggota gerak
Hingga pada 18 Oktober pasien tersebut dibawa ke RS Teungku Chik di Tiro Sigli, Aceh. Dokter yang curiga pasien terinfeksi polio kemudian mengambil dua sampel pada 21 dan 22 Oktober. Sampel tersebut kemudian di kirim ke Jakarta dan diterima Badan Kebijakan Pembangunan Kesehatan (BKPK) pada 28 Oktober.
Dari pemeriksaan yang keluar pada 7 November diketahui korban terinfeksi tipe 2 polio dan tipe 3 Sabin. Sehari berikutnya dilakukan sekuensing di Lab Bio Farma dan dipastikan pasien terinfeksi polio tipe 2.
"Kemudian dikirim ke lab Bio Farma untuk sekuensing, dan ternyata memang betul dia tipe 2 ya. Hasil sekuensing itu polio tipe 2," tuturnya.