PARBOABOA, Pematang Siantar – Tumpukan sampah yang semakin tinggi di Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Tanjung Pinggir, Kecamatan Siantar Martoba, Kota Pematang Siantar, tampaknya masih menjadi permasalahan yang serius.
Bau menyengat dan ancaman berbagai macam penyakit tentu menjadi alasan utama mengapa sebagian orang enggan berlama-lama di sekitar TPA.
Kendati demikian, situasi ini tampaknya tidak menghentikan semangat para pemulung untuk terus mencari nafkah. Salah satunya adalah Okta (49), yang telah bekerja sebagai pemulung selama 4 tahun.
Setiap harinya, Okta berusaha untuk mengumpulkan berbagai jenis sampah seperti plastik bekas, kaleng bekas, dan botol bekas agar dapat dijual kembali.
Dia melaksanakan tugasnya dengan penuh dedikasi, melakukan pemilahan yang teliti antara berbagai jenis sampah, baik yang bersifat organik maupun anorganik, serta yang kering maupun basah.
Bahkan, bau tidak sedap dari tumpukan sampah, tidak lagi membuatnya jijik. Yang terpenting baginya adalah memastikan bahwa sampah-sampah ini diangkut dengan baik.
“Bau ya memang bau, namanya juga sampah. Tapi kalau waktunya makan ya biasa aja,” tuturnya kepada Parboaboa, Rabu (6/9/2023).
Okta bukan satu-satunya yang mencari penghidupan dari sampah. Marinem (50), yang berasal dari Kelurahan Bane, juga menganggap sampah sebagai berkah.
Dia dan anggota keluarganya telah mengumpulkan barang rongsokan selama hampir 10 tahun terakhir. Setiap hari, dirinya mencari rongsokan dari satu Tempat Pembuangan Sampah (TPS) ke TPS lainnya.
“Ya, lebih baik hidup dari sampah daripada hidup menjadi sampah. Sekarang pekerjaan susah, asal halal dan ada berkah mengapa tidak, jadi tukang sampah pun harus dijalani,” tuturnya.
Barang-barang hasil yang dimulungnya kemudian dijual ke pengepul. Dari situlah dirinya bisa memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari.
Jenis sampah seperti kardus, botol, plastik, dan kertas adalah yang paling mudah dijual dan memiliki harga tinggi. Sampah-sampah tersebut bisa dihargai hingga Rp6.000 per kilogramnya.
Setidaknya, dalam sehari, ia mampu meraup penghasilan sekitar Rp100.000 dari aktivitas mengumpulkan sampah.
Baginya, sampah juga memiliki nilai positif karena bisa menjadi barang yang memiliki nilai ekonomis jika dikelola dengan baik.
Namun, ia juga menyadari bahwa sampah bisa menjadi bencana jika tidak ditangani dengan serius.
Oleh karena itu, ia berharap masyarakat juga meningkatkan kesadaran untuk menjaga kebersihan lingkungan.