PARBOABOA, Jakarta - Pemerintah resmi menghentikan impor beras. Cadangan Beras Pemerintah (CBP) melonjak hingga 3,7 juta ton.
Ini bukan sekadar angka, tapi tanda dimulainya babak baru kedaulatan pangan Indonesia, dipimpin langsung oleh Presiden Prabowo Subianto dan dieksekusi oleh “tangan dingin” Menteri Pertanian Andi Amran Sulaiman.
Menteri Pertanian, Andi Amran Sulaiman, menyebut lonjakan stok ini sebagai bukti nyata keberpihakan pemerintah terhadap para petani.
Amran mengingatkan, pada tahun 2024 Indonesia masih harus mengimpor sekitar 4,5 juta ton beras akibat dampak El Niño, yang menekan produksi padi hingga turun 760 ribu ton.
Jika melihat ke belakang, Indonesia pernah mencapai swasembada beras pada 1984 saat jumlah penduduk masih 166,6 juta jiwa.
Kini, dengan populasi mencapai 283 juta jiwa, Indonesia berhasil melampaui rekor stok nasional pada 1985 yang tercatat sebesar 3,006 juta ton.
Di balik pencapaian ini, ada kebijakan-kebijakan konkret yang dilalukan diantaranya, harga pembelian gabah dinaikkan dari Rp5.500 menjadi Rp6.500 per kg, alokasi pupuk subsidi ditambah, penggunaan alat mesin pertanian diperkuat, lahan-lahan dioptimalkan, dan sistem irigasi diperbaiki melalui program pompanisasi.
Berbagai program ini merupakan hasil dari kolaborasi lintas kementerian dan lembaga yang diinisiasi oleh Mentan Amran.
Tujuannya jelas, berpihak pada petani dan meningkatkan produksi dalam negeri.
Diketahui, Presiden Prabowo pada awal 2025 memberikan arahan tegas: setop impor, serap hasil panen petani, dan perkuat ketahanan pangan. Titik balik ini mengubah arah kebijakan pangan nasional secara drastis.
Impor langsung dihentikan, stok beras melonjak, dan cadangan beras kini dimanfaatkan sebagai instrumen strategis untuk menstabilkan harga, bantuan pangan, bahkan untuk potensi ekspor.
Guna menampung hasil panen yang terus meningkat, pemerintah juga menyiapkan 25.000 gudang baru di wilayah-wilayah prioritas yang benar-benar membutuhkan.
Selain itu, sejak 2024, Mentan Amran sudah mulai melakukan transformasi besar-besaran di sektor pertanian.
Salah satu gebrakan utamanya adalah program pompanisasi skala besar, yang dibiayai dari relokasi anggaran Kementerian Pertanian sebesar Rp1,7 triliun.
Program ini kini menjadi tulang punggung dalam upaya peningkatan produksi pangan nasional.
Hasilnya terlihat nyata. Berdasarkan proyeksi USDA, produksi beras Indonesia tahun 2024/2025 diperkirakan mencapai 34,6 juta ton.
Jumlah ini menjadikan Indonesia sebagai produsen beras terbesar di ASEAN, melampaui Thailand dan Vietnam.
Kondisi ini pun mengubah total peta perdagangan beras di kawasan Asia Tenggara.
Sebagai perbandingan, pada 2024, data BPS mencatat impor beras mencapai 4.519.420,6 ton. Sebagian besar, atau sekitar 30,19%, berasal dari Thailand.
Namun kini, Indonesia benar-benar menyetop impor. Thailand, yang sebelumnya sangat mengandalkan pasar Indonesia, kehilangan salah satu mitra ekspor terbesarnya.
Dampaknya tak hanya dirasakan Thailand. Vietnam dan Kamboja pun ikut terpukul, karena harus mencari pasar baru untuk beras mereka setelah kehilangan Indonesia sebagai pelanggan tetap.
Perubahan ini membuktikan bahwa kebijakan Presiden Prabowo, yang dijalankan secara taktis oleh Mentan Amran, membawa dampak besar tidak hanya bagi Indonesia, tetapi juga bagi ekosistem perdagangan beras di kawasan.
Dengan serapan gabah yang terus meningkat, CBP diperkirakan segera menembus angka 4 juta ton dalam waktu dekat.
Cadangan Beras Pemerintah (CBP) sendiri merupakan stok strategis yang dikelola oleh pemerintah, khususnya melalui Perum BULOG, untuk menjaga stabilitas harga serta memastikan ketersediaan pangan saat terjadi gejolak.
CBP juga berfungsi sebagai penyangga saat terjadi kelangkaan atau lonjakan harga, dan menjadi sumber utama untuk program bantuan pangan.
Kini, di bawah kepemimpinan Presiden Prabowo, Mentan Amran muncul sebagai sosok kunci yang mampu menghentikan impor dan memimpin transformasi menuju kemandirian pangan.
Indonesia tak lagi sekadar menjadi pasar bagi beras negara lain. Kini, Indonesia bersiap menjadi pemain utama dalam perdagangan beras di kawasan, bahkan dunia.