PARBOABOA, Jakarta - Dinas Lingkungan Hidup DKI Jakarta mengklaim kemarau menjadi salah satu faktor pemicu buruknya kualitas udara Ibu Kota, belakangan ini.
Bahkan, berdasarkan data IQAir, Jumat (11/8/2023), tingkat polusi di Jakarta berada di angka 178 AQU US, atau masuk kategori sangat tidak sehat. Kondisi tersebut menempatkan kualitas udara Jakarta terburuk nomor dua di dunia.
"Salah satu faktor kualitas udara Jakarta buruk adalah kondisi musim kemarau Juli-September biasanya lagi mencapai tinggi-tingginya, sehingga berakibat pada kondisi kualitas udara yang kurang baik," jelas Kepala DLH DKI Jakarta, Asep Kuswanto dalam konferensi pers di Jakarta, Jumat (11/8/2023).
Oleh karenanya, Asep mengimbau warga DKI Jakarta selalu waspada terhadap kondisi udara buruk di Ibu Kota dalam beberapa waktu ke depan. Ia juga mengingatkan warga selalu mengecek kualitas udara Jakarta secara berkala, baik melalui daring atau lewat aplikasi JAKI, KLHK dan BMKG.
"Lakukan upaya preventif untuk pencegahan bagi individu warga Jakarta selalu pakai masker saat aktivitas di luar," jelasnya.
Sebelumnya, DLH DKI Jakarta memperkirakan buruknya kualitas udara di Ibu Kota akan berlangsung hingga 15 Agustus 2023.
Asep juga mengajak warga beralih menggunakan transportasi publik dibanding kendaraan pribadi, untuk mengurangi polusi udara. Sebab, kata dia, sektor transportasi menyumbang sumber polusi terbesar yakni sebanyak 44 persen, yang mayoritas berasal dari kendaraan bermotor.
"Termasuk tadi Pak Dirjen mengajak gunakan transportasi publik dan bahan bakar kualitas lebih baik," katanya.
Sementara itu, Pelaksana tugas Deputi Bidang Klimatologi BMKG, Ardhasena Sopaheluwakan mengakui polusi udara cenderung naik saat musim kemarau.
"Jadi itu faktor yang mempengaruhi kondisi yang terjadi sekarang dan sudah terjadi di tahun-tahun sebelumnya," ungkapnya saat konferensi pers bersama DLH di Jakarta.
Ardhasena menambahkan, ada siklus harian terkait kualitas udara Jakarta yang mana polusi cenderung lebih tinggi pada pagi daripada siang atau sore hari.