PARBOABOA – Kebijakan moneter adalah pilar utama dalam mencapai stabilitas dan pertumbuhan ekonomi negara agar tidak anjlok.
Istilah moneter mungkin pernah Anda dengar saat terjadi krisis pada 1998. Di mana pada saat itu terjadi ketidakstabilan ekonomi. Krisis yang dialami Indonesia pada masa itu tentu sangat terasa oleh masyarakat, yang kehidupannya tak lepas dari kegiatan ekonomi.
Mulai dari sulitnya memenuhi kebutuhan pokok, terbatasnya akses terhadap kebutuhan dasar pendidikan, pemotongan anggaran, serta sulitnya untuk mencari kerja agar bisa memenuhi kebutuhan hidup.
Melihat situasi merugikan seperti itu, pemerintah tentu harus mengambil langkah bijak untuk dapat keluar dari zona merah seperti tersebut, dengan menerapkan kebijakan agar ekonomi negara dapat segera pulih, seperti kebijakan moneter.
Lalu, apa itu kebijakan moneter? Apa tujuan dibuatnya kebijakan moneter? Simak ulasan ini sampai habis, ya!
Pengertian Kebijakan Moneter
Sebagai manusia, kita tentu memiliki banyak kebutuhan dasar untuk bertahan hidup, seperti makanan, tempat tinggal dan juga hiburan. Untuk memenuhi semua kebutuhan itu tentu kita memerlukan uang. Kita juga berharap agar nilai barang yang kita butuhkan tetap stabil.
Coba bayangkan jika nilainya berubah-ubah atau bergejolak?
Sebagai contoh, bayangkan seseorang yang belanja bulanan mengeluarkan Rp 600.000. Lalu pada bulan selanjutnya, harga barang menjadi naik dua kali lipat dari harga biasanya sehingga dengan nominal Rp 600.000, dia hanya mampu membeli setengah dari kebutuhan bulanan yang biasa dia dapatkan.
Jika kenaikan barang terjadi secara terus menerus dalam waktu singkat tentu akan membuat kehidupan dalam masyarakat semakin sulit. Nah, fenomena kenaikan harga barang dan jasa secara terus menerus ini dinamakan inflasi. Inflasi tidak selalu berdampak buruk pada perekonomian negara, namun tetap perlu dikontrol agar inflasi yang terjadi tidak merugikan masyarakat atau negara.
Lalu siapakah yang bertugas menjaga kestabilan nilai rupiah? yang berperan dalam hal ini adalah Bank Sentral atau disebut Bank Indonesia.
Bank Indonesia akan berusaha untuk mengatur keseimbangan antara persediaan uang dengan persediaan barang agar inflasi yang terjadi tidak merugikan jalannya ekonomi di tengah negara. Hal inilah yang dimaksud dengan kebijakan moneter.
Dilansir dari laman Bank Indonesia (BI), tujuan utama kebijakan moneter adalah untuk menstabilkan nilai rupiah, memelihara stabilitas sistem pembayaran, serta menjaga stabilitas sistem keuangan guna mendukung pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan.
Sebagaimana tercantum dalam pasal 7 UU No.23 Tahun 1999 tentang Bank Indonesia. Kemudian telah beberapa kali diubah yaitu melalui UU Nomor 3 Tahun 2004, UU Nomor 6 Tahun 2009 Pasal 7, terakhir dengan UU No.4 Tahun 2023 tentang Pengembangan dan Penguatan Sektor Keuangan.
Stabilitas nilai Rupiah adalah kestabilan harga barang dan jasa serta nilai tukar Rupiah. Selain itu, kebijakan ini juga membantu agar tercapainya kesempatan kerja penuh dan juga kelancaran dalam sistem pasokan dan distribusi barang.
Jenis Kebijakan Moneter (Kontraktif dan Ekspansif)
Dalam mengatasi masalah perekonomian yang terjadi, lembaga tentu menyiapkan beberapa metode dan cara untuk mengatasinya, tergantung kasus yang tengah terjadi. Oleh karena itu, diciptakan beberapa kebijakan moneter adalah seperti Kontraktif dan Ekspansif.
a. Kebijakan Kontraktif
Pada kebijakan kontraktif, fokus utama dari kebijakan moneter adalah menurunkan tingkat inflasi atau mengurangi jumlah uang yang beredar sehingga suku bunga dapat naik.
Biasanya, ada beberapa instrumen yang diterapkan pada kebijakan ini, seperti Bank Indonesia (BI) akan melakukan lelang sertifikatnya ataupun melakukan pembelian surat berharga di pasar modal sehingga masyarakat memegang surat tersebut dan mengurangi jumlah uang yang mereka pegang atau mengurangi peredaran uang untuk mengontrol inflasi.
Selain itu, kebijakan uang ketat akan dilakukan (Tight Money Policy).
b. Kebijakan Ekspansif
Kebijakan Ekspansif merupakan kebalikan dari kebijakan Kontraktif. Jika kebijakan Kontraktif bertujuan untuk membatasi peredaran uang, maka kebijakan Ekspansif berfokus untuk menstimulasi peredaran uang sehingga menumbuhkan risiko inflasi naik. Kebijakan ini dilakukan ketika ekonomi suatu wilayah mengalami deflasi.
Instrumen yang diterapkan pun cukup berbeda, seperti menurunkan tingkat suku bunga.
Suku bunga yang turun akan menarik perhatian para investor atau pengusaha yang ingin membuka usaha baru dan melakukan pinjaman modal. Bank Indonesia pun akan membeli surat-surat berharga yang dimiliki oleh masyarakat. Selain itu, BI akan melonggarkan kredit (Easy Money Policy) sehingga meningkatkan minat untuk melakukan kredit.
Krisis Moneter pada 1998 di Indonesia
Indonesia pernah mengalami krisis moneter 1998. kasus ini berawal dari krisis finansial Asia tahun 1997. Di mana saat itu, rupiah mengalami penyusutan melebihi 70%, yang nilai tukar terhadap Dollar mencapai Rp14.700.
Selain itu, Pertumbuhan Domestik Bruto (PDB) Indonesia juga mengalami kontraksi ke minus 13,1% yang mengalami inflasi yang tinggi.
Namun, pemerintah mengupayakan agar ekonomi di Indonesia kembali stabil dan menerapkan beberapa kebijakan moneter adalah seperti berikut :
a. Melakukan Perbaikan pada Sistem Perbankan
Ada banyak faktor yang mempengaruhi terjadinya krismon 1998, salah satunya adalah rusaknya sistem perbankan nasional. Praktik perbankan yang tidak sehat dan juga hukum yang terbilang lemah justru membuat peredaran mata uang menjadi tidak stabil. Pemerintah Pun berupaya membentuk BPPN (Badan Penyehatan Perbankan Nasional) untuk melakukan restrukturisasi pada perbankan nasional.
b. Makro Ekonomi
Krisis Ekonomi 1998 yang dihadapi Indonesia saat itu tidak hanya berdampak pada perusahaan atau bank saja. Masyarakat ataupun rakyat kecil juga ikut merasakan dampaknya.
Melansir data dari BPJS, jumlah penduduk miskin saat itu dari 17,47% menjadi 24,20%. Karena itu, pemerintah pun melakukan kebijakan dengan memberi kelonggaran APBN untuk memberikan bantuan kepada masyarakat miskin.
Untuk menentukan keputusan dan kebijakan hal ini juga bukanlah suatu hal yang dapat dilakukan sembarangan. Sebelumnya, Dewan Gubernur bank Indonesia akan melakukan rapat dewan untuk menentukan tingkat suku bunga kebijakan BI (BI Rate). Pengambilan keputusan ini selalu didasari oleh prospek pencapaian inflasi dan juga kisaran target yang ingin dicapai. Karena, penentuan tingkat BI Rate akan mempengaruhi ekonomi dan inflasi negara.
Tujuan dan Dampak Kebijakan Moneter bagi Perekonomian Indonesia
Kebijakan moneter adalah memiliki peranan penting dalam menjaga Rupiah Indonesia. Putaran mata uang pun akan terkendali sehingga meminimalisir kerugian ekonomi negara.
Tujuan utama dari kebijakan moneter adalah menjaga kestabilan harga serta mendukung pertumbuhan ekonomi yang kuat. Beberapa tujuan utama dari kebijakan moneter antara lain:
1. Stabilitas Harga (Inflasi Rendah)
Salah satu tujuan utama kebijakan moneter adalah menjaga stabilitas harga atau mengendalikan tingkat inflasi. Inflasi yang terlalu tinggi dapat menyebabkan harga-harga barang dan jasa melambung, sehingga daya beli masyarakat menurun dan kehidupan ekonomi menjadi sulit. Dengan menjaga inflasi tetap rendah dan stabil, kebijakan moneter berperan dalam melindungi nilai uang masyarakat.
2. Pertumbuhan Ekonomi yang Sehat
Kebijakan moneter juga bertujuan untuk mendorong pertumbuhan ekonomi yang sehat dan berkelanjutan. Melalui pengaturan suku bunga dan aliran uang di pasar, bank sentral berusaha menciptakan kondisi yang mendukung investasi, produksi, dan konsumsi, sehingga ekonomi dapat tumbuh dengan baik.
3. Pengangguran dan Kesejahteraan Masyarakat
Dalam upaya mencapai keseimbangan ekonomi, kebijakan moneter adalah harus memperhatikan tingkat pengangguran. Dengan menciptakan lingkungan ekonomi yang stabil, peluang kerja akan meningkat dan masyarakat dapat lebih mudah mencari pekerjaan, sehingga tingkat kesejahteraan masyarakat dapat meningkat.
4. Stabilitas Sistem Keuangan
Kebijakan moneter artinya berperan dalam menjaga stabilitas sistem keuangan negara. Melalui pengaturan suku bunga, bank sentral dapat mengendalikan likuiditas dan meminimalkan risiko terjadinya krisis keuangan.
5. Keseimbangan Neraca Pembayaran
Bank sentral juga menggunakan kebijakan moneter adalah untuk mengendalikan nilai tukar mata uang negara dan memastikan keseimbangan neraca pembayaran. Dengan menjaga nilai tukar yang stabil, negara dapat menghindari krisis mata uang yang berdampak negatif pada ekonomi.
Ada banyak dampak baik dari kebijakan moneter yang diterapkan bagi pertumbuhan ekonomi. Sebagai contoh, pengaturan suku bunga akan mempengaruhi tingkat investasi dan konsumsi dalam masyarakat.
Seperti saat terjadinya penurunan suku bunga maka pinjaman yang dilakukan akan lebih mudah, sehingga menarik minat para pengusaha melakukan pinjaman modal untuk usaha yang nantinya akan berpengaruh juga terhadap lapangan kerja bagi masyarakat.
Tingkat konsumsi terhadap barang atau jasa pun menjadi naik sehingga menstimulus pertumbuhan ekonomi. Sedangkan, jika suku bunga menjadi tinggi, maka pinjaman menjadi mahal dan mengurangi investasi dan konsumsi dan dapat membantu mengendalikan inflasi.
Namun, kita juga perlu tahu bahwa inflasi yang dihadapi oleh Indonesia juga dapat dipengaruhi oleh faktor lain, seperti harga bahan makanan (Volatile food), dan juga harga barang akibat kebijakan (administered priced).
Lalu bagaimana BI dapat menjaga inflasi di daerah tetap stabil?
Bank sentral akan bekerjasama dan berkoordinasi dengan pemerintah melalui forum kerjasama yang dinamakan Tim Pengendalian Inflasi daerah.
Instrumen Kebijakan Ekonomi
Instrumen kebijakan moneter adalah alat-alat atau mekanisme yang digunakan oleh bank sentral suatu negara untuk mencapai tujuan-tujuan kebijakan moneter.
Beberapa instrumen kebijakan moneter yang umum digunakan antara lain:
Suku Bunga
Penetapan suku bunga merupakan instrumen utama dalam kebijakan moneter. Bank sentral dapat menaikkan atau menurunkan suku bunga acuan untuk mengendalikan tingkat inflasi dan pertumbuhan ekonomi.
Suku bunga yang tinggi akan mendorong masyarakat untuk lebih menyimpan daripada berbelanja, sehingga dapat menekan inflasi. Sebaliknya, suku bunga yang rendah dapat mendorong kredit dan investasi untuk mendorong pertumbuhan ekonomi.
Operasi Pasar Terbuka (Open Market Operations)
Melalui operasi pasar terbuka, bank sentral membeli atau menjual surat berharga pemerintah atau instrumen keuangan lainnya di pasar. Jika bank sentral membeli surat berharga, uang beredar akan meningkat dan likuiditas pasar akan bertambah. Sebaliknya, jika bank sentral menjual surat berharga, uang beredar akan berkurang.
Kebijakan Cadangan Wajib (Reserve Requirements)
Bank sentral dapat menetapkan persentase tertentu dari simpanan bank yang harus dijaga sebagai cadangan. Kebijakan ini bertujuan untuk mengendalikan likuiditas bank dan mempengaruhi jumlah uang yang beredar di pasar.
Kebijakan Diskonto
Diskonto adalah suku bunga yang dikenakan oleh bank sentral kepada bank komersial ketika bank komersial meminjam dari bank sentral. Dengan mengubah suku bunga diskonto, bank sentral dapat mempengaruhi suku bunga yang berlaku di pasar.
Kontrol Kredit
Bank sentral dapat memberlakukan kontrol kredit untuk mengatur jumlah kredit yang dapat diberikan oleh bank-bank komersial kepada masyarakat atau sektor-sektor tertentu.
Intervensi di Pasar Valuta Asing
Bank sentral dapat melakukan intervensi dengan membeli atau menjual mata uang asing untuk mengendalikan nilai tukar mata uang negara. Intervensi ini bertujuan untuk menjaga stabilitas nilai tukar dan keseimbangan neraca pembayaran.
Demikianlah penjelasan seputar kebijakan moneter. Pada hakekatnya bank sentral, kebijakan moneter, dan partisipasi masyarakat akan menghasilkan pertumbuhan dan stabilitas ekonomi yang berkelanjutan. Semoga informasi ini bermanfaat.
Editor: Sari