PARBOABOA, Jakarta - Di sudut Kabupaten Gresik, Jawa Timur, terletak sebuah desa kecil yang dikenal sebagai Wedani.
Desa ini dikenal sebagai pusat produksi kain tenun berkualitas yang telah berhasil menembus pasar internasional, seperti Malaysia, Brunei Darussalam, Arab Saudi, dan Ethiopia.
Namun, keberhasilan ini tidak terlepas dari peran aktif lebih dari 90 persen para ibu rumah tangga di Desa Wedani.
Dengan keahlian menenunnya, mereka mampu memberikan kontribusi yang signifikan terhadap devisa Indonesia.
Saat ini, terdapat sekitar 550 penenun yang bekerja di bawah payung Koperasi Wedani Giri Nata.
Mereka menciptakan kain tenun dengan berbagai motif khas Desa Wedani, seperti songket Gunung Timbul, Goyor, dan Corak Liris.
Mas Ariyatin, Pembina Koperasi Wedani Giri Nata, bercerita bahwa para penenun ini adalah ibu-ibu tangguh, yang selain mengurus rumah tangga, juga membantu suami mereka sebagai petani atau petambak.
Usai menyelesaikan tugas rumah dan mengantar anak-anak sekolah, mereka kemudian mengisi waktu luangnya dengan menenun. Dari situlah mereka mampu menghasilkan hingga Rp500 ribu per minggu.
Selain berdampak positif pada ekonomi, kain tenun ini juga memiliki ikatan kuat dengan akar budaya dan sejarah Desa Wedani.
Pada masa Syekh Maulana Ibrahim atau Sunan Gresik, kain tenun digunakan sebagai sarung untuk menutupi aurat saat beribadah, berkontribusi pada penyebaran agama Islam.
Bahkan, hingga hari ini, sarung tenun dari Desa Wedani masih terkenal karena benangnya yang kuat dan warnanya yang tetap cemerlang meskipun telah digunakan selama puluhan tahun.
Kegiatan ini pun mendapat dukungan dari Lembaga Pembiayaan Ekspor Indonesia (Indonesia Eximbank) sebagai bagian dari Special Mission Vehicle (SMV) Kementerian Keuangan RI yang bertujuan untuk mendorong ekspor Indonesia.
Sofyan Irianto Naibaho, Kepala Divisi Jasa Konsultasi LPEI, menjelaskan bahwa pihaknya telah memberikan alat tenun bukan mesin (ATBM) kepada para penenun untuk meningkatkan kualitas produk mereka.
Hasil dari kerja keras dan semangat ini pun terlihat jelas.
Kapasitas produksi kain tenun meningkat sebesar 14 persen, penjualan melonjak sebesar 29 persen, dan lebih banyak pembeli internasional yang mengenali produk Desa Wedani.