PARBOABOA, Jakarta - Para pemimpin Amerika Serikat (AS) dan Jerman pada Kamis (05/01/2023) sepakat akan mengirimkan kendaraan tempur lapis baja ke Ukraina. Diketahui kedua negara itu meningkatkan dukungan militer untuk Kiev agar dapat mengusir Rusia, setelah langkah yang sama dilakukan oleh Prancis awal minggu ini.
Disebutkan dalam pernyataan itu bahwa AS akan mengirimkan Kendaraan Tempur Infanteri Bradley, sedangkan Jerman akan mengirimkan Kendaraan Tempur Infanteri Marder.
Paket senjata AS, yang akan diumumkan pada Jumat (06/01/2023), diharapkan mencakup sekitar 50 Kendaraan Tempur Bradley sebagai bagian dari bantuan dengan total USD 2,8 miliar ujar pejabat AS. “Kedua negara sepakat untuk melatih tentara Ukraina tentang cara menggunakannya,” terangnya.
Sementara itu, Jerman juga akan memasok baterai pertahanan udara Patriot ke Ukraina yang telah mencetak beberapa keberhasilan medan perang sejak pasukan Rusia menginvasi Februari lalu. Namun telah meminta senjata yang lebih berat kepada sekutu untuk mempertahankan diri.
"Presiden Biden dan Kanselir Scholz menyatakan tekad bersama untuk terus memberikan dukungan keuangan, kemanusiaan, militer, dan diplomatik yang diperlukan ke Ukraina selama diperlukan," jelasnya dalam pernyataan itu.
Selanjutnya, keputusan itu diumumkan saat pemerintah Scholz menghadapi seruan dari dalam koalisi tiga arahnya untuk meningkatkan dukungan militer bagi Ukraina setelah Prancis mengumumkan akan mengirimkan kendaraan tempur lapis baja ringan AMX-10 RC.
Selain itu, Scholz mendorong pengeluaran pertahanan dan mengirimkan bantuan dari senjata ke Ukraina sejak invasi. Tapi, seperti kekuatan Barat lainnya, terkadang ragu-ragu sebelum masok senjata ampuh takut mempertaruhkan konflik langsung dengan Rusia.
Dia juga telah memperjelas bahwa tidak ingin melakukan sendiri dalam mengirimkan senjata berat ke Ukraina dan bahwa dia akan mengoordinasikan pengiriman dengan anggota aliansi NATO lainnya.
Dalam kunjungan ke London, Menteri Luar Negeri Jerman Annelena Barbock mengatakan Ukraina harus diberikan senjata tidak hanya untuk mempertahankan diri. Namun juga untuk membebaskan wilayah yang berada di bawah penduduk Rusia.
"Kami tidak dapat meninggalkan ruang untuk meragukan dukungan kami, dan kami harus terus melihat apa lagi yang bisa kami lakukan, terutama dalam hal dukungan militer," pungkasnya dalam pengarahan bersama timpalannya dari Inggris James Cleverly.