PARBOABOA, Jakarta - Hari kelima setelah tahun baru, mayoritas harga bahan pangan mengalami kenaikan di rata-rata pasar tradisional se-Indonesia. Adapun, kenaikan terjadi pada bawang merah, bawang putih, dan cabai merah.
Berdasarkan dari Pusat Informasi Harga Pangan Strategis Nasional (PIHPSN) pada Kamis (05/01/2023) pukul 09.45 WIB, harga bawang merah naik sekitar 2,17 persen dibandingkan kemarin menjadi Rp37.700 per kilogram (kg), bawang putih naik 4,98 persen menjadi Rp28.450 per kg, cabai merah besar naik sekitar 4,28 persen menjadi Rp36.650 per kg.
Sementara itu, harga gula pasir premium naik sekitar 5,9 persen menjadi Rp15.250 per kg, telur ayam ras segar naik 1,19 persen menjadi Rp29.750 per kg. daging sapi kualitas 2 naik sekitar 0,48 persen menjadi Rp125.550 per kg, minyak goreng kemasan merk 1 naik sekitar 8,48 persen menjadi Rp21.750 per kg, minyak goreng kemasan merk 2 naik sekitar 1,91 persen menjadi Rp18.700 per kg.
Kemudian, ada juga beberapa bahan pangan yang lain mengalami penurunan, yakni minyak goreng curah turun sekitar 3, 09 persen menjadi Rp14.100 per kg, cabai merah keriting turun 7,83 persen menjadi Rp37.650 per kg, cabai rawit hijau turun 8,7 persen menjadi Rp47.750 per kg, cabai merah rawit merah turun 2,51 persen menjadi Rp64.100 per kg.
Selain itu, harga beras masih mengalami lonjakan seperti terlihat di Panel Harga Badan Pangan Nasional, Kamis (05/01/2023). Beras premium naik sekitar 1,15 persen menjadi Rp13.200 per kg, beras medium naik 0,17 persen jadi Rp11,490 per kg, biji kedelai impor tetap di Rp14.800 per kg, terigu turun 0,81 persen menjadi Rp11.020 per kg, dan jagung ternak turun 5,91 persen menjadi Rp5.410 per kg.
Kepala Badan Pangan Nasional (Bapanas), Arief Prasetyo Adi, juga telah menjelaskan penyebab dari kenaikan harga seluruh jenis cabai, yakni akibat hujan yang terjadi di sentra-sentra produksi cabai, seperti di Pulau Jawa.
"Kami sudah terima laporannya dan akan segera ditindaklanjuti dengan mendorong mobilisasi pangan dari wilayah surplus atau sentra produksi ke wilayah defisit atau daerah konsumsi seperti Jakarta, mengingat Jakarta merupakan indikator nasional dan berkontribusi sebesar 27 persen terhadap inflasi nasional," pungkas Arief dalam keterangan resmi, Rabu (28/12/2022).