PARBOABOA, Medan - Gubernur Sumatera Utara Edy Rahmayadi mengeluarkan sebuah aturan baru yang berisi larangan bagi para pelatih olahraga di Sumut memelihara kumis. Kebijakan ini dikeluarkan Gubsu hanya berselang beberapa hari setelah aksinya menjewer pelatih atlit billiar karena tak tepuk tangan saat dia berpidato.
Kebijakan ini dilontarkan oleh Edy saat menghadiri pelantikan Komite Olahraga Rekreasi Masyarakat Indonesia (KORMI) Sumut di Aula Tengku Rizal Nurdin, Jalan Sudirman, Medan pada Rabu (29/12).
Dalam penjelasannya, Edy Rahmayadi mengatakan jika orang yang memelihara kumis adalah orang yang berjiwa tua. Sedangkan menurutnya seorang pelatih harus berjiwa muda.
"Orang berkumis itu adalah orang orang berjiwa tua. Makanya pelatih tak boleh berkumis," kata Edy dikutip dari Tribunnews.
Gubernur Sumut yang juga merupakan pensiunan TNI mengatakan dulu saat dia masih bersama prajurit TNI, dia bersama rekan-rakannya berhasil memenangkan peperangan karena mereka berjiwa muda. Namun Edy menjelaskan bahwa berjiwa muda bukan berarti harus berusia muda.
"Makanya pelatih tak boleh berkumis, orang yang berkumis itu adalah orang yang berjiwa tua. Saya enggak berkumis ini. Jangan tersinggung," pungkasnya.
Edy Kembali Singgung Pelatih Atlit Billiar Choki Aritonang
Dalam kesempatan itu, Edy menceritakan tentang sosok mantan pelatih sepakbola tim nasional, Luis Milla yang menurutnya cocok dijadikan panutan bagi para pelatih.
"Luis Milla di hotel itu selalu minta kaca siku. Saya kira untuk apa minta kaca siku. Rupanya setiap akan keluar kamar dia selalu melihat kondisi badannya. Kalau badannya mulai kelihatan besar, dia pasti hanya makan salad. Itu pelatih," ungkap Edy.
Menurut Edy, pelatih lokal pun seharusnya memiliki program dan cara yang sama dengan Luis Milla. Bukan seperti pelatih di Sumut yang justru tertidur saat ia memberikan motivasi.
"Beda sama pelatih saya, tidur dia saat saya ngomong. Kalau dia bukan pelatih, saya tak apa-apa saat itu. Tapi pas saya tanya, dia pelatih. Kalau lah pelatihnya saja sepeti itu, jadi yang dilatih seperti apa?" ucapnya.
Menurutnya seorang pelatih harus dalam menunjukkan sikap siap, karena pelatih adalah panutan bagi para atlet.
"Saya pelatih biliar pak, katanya. Mau pelatih guli (kelereng) pun, harus siap dia sebagai pelatih," ucapnya.
Untuk itu, ia pun meminta kepada Ketua KONI Sumut John Ismadi Lubis agar menjadwalkan pertemuan dirinya dengan seluruh pelatih yang ada di Sumut.
Edy Rahmayadi jewer pelatih atlit billiar Sumut
Sebelumnya beredar sebuah video yang menunjukkan aksi Gubernur Sumatera Utara menjewer pelatih atlit billiar Khoiruddin Aritonang atau Choki, pada saat acara penyerahan bonus bagi atlit dan pelatih yang berhasil mengharumkan nama Sumut pada gelaran PON XX Papua yang berlangsung pada bulan Oktober lalu.
Saat menyampaikan pidatonya, Edy mengatakan keinginannya untuk melihat Sumut berjaya di bidang olahraga. Apalagi, PON mendatang akan diselenggarakan di Sumut dan Aceh.
"Kalau sudah jaya Sumatera Utara ini, mau kau ambil semua, ambil," kata Edy yang disambut tepuk tangan peserta yang hadir.
Namun, perhatian Gubsu tersebut teralihkan saat melihat salah seorang peserta acara tersebut tidak ikut bertepuk tangan.
Edy kemudian memanggil peserta tersebut naik ke panggung, kemudian Edy menanyakan posisi dan keterlibatannya dalam kontigen. Pria yang dipanggil itu kemudian menjawab kalau dirinya pelatih cabang biliar untuk PON Sumut.
"Pelatih tak tepuk tangan. Tak cocok jadi pelatih ini," kata Edy sambil menjewer pelatih biliar itu.
Kebanyakan peserta yang menghadiri acara tersebut menertawakan aksi Edy yang menjewer pelatih tersebut.
Terpisah Choki memberikan klarifikasi bahwa dia tidak tidur saat acara tersebut. Hanya saja dia merasa tidak ada ucapan dari Gubsu yang spektakuler yang membuatnya harus bertepuk tangan.
Pelatih tim billiar Sumut tersebut merasa jika tindakan Edy Rahmayadi tersebut termasuk dalam tindakan yang merendahkan martabatnya, sehingga dia akan melaporkan kejadian ini ke Polda Sumut.
Editor: -