PARBOABOA, Jakarta – Anggota Komisi VIII DPR dari fraksi PKS, Bukhori Yusuf mengaku prihatin dan mengambil sikap tegas atas insiden penolakan Ustaz Abdul Somad (UAS) pada (16/5/2022) lalu.
Bukhori menilai tudingan yang berujung penolakan UAS memasuki Singapura itu tak memiliki alasan yang jelas dan sudah menyakiti hati umat Islam terutama di Indonesia.
"Kami tidak bisa menerima pernyataan mereka yang tidak sesuai dengan fakta sebenarnya sehingga menyakiti hati umat Islam. Sebab itu, kami meminta pernyataan itu segera dicabut," kata Bukhori dalam keterangannya, Rabu (18/5).
Ketua DPP PKS itu menganggap perlakuan yang dilakukan pemerintah Singapura terhadap UAS diduga dipengaruhi oleh cap radikal sejumlah pihak di Indonesia. Padahal hal tersebut sudah berkali-kali dibantah.
Anggapan UAS sebagai penceramah radikal juga dibantah karena dirinya telah menerima sejumlah penghargaan dari beberapa negara. Ia menyebut, UAS pernah mendapat gelar profesor tamu di University Islam Sultan Sharif Ali (UNISSA) Brunei Darussalam pada Januari 2020.
Bukhori menuturkan, gelar tersebut diberikan karena UAS dinilai sukses menjadi pendakwah produktif dan sudah menciptakan buku yang memberikan pencerahan atas konflik umat Islam.
Tak hanya itu, UAS juga menerima gelar kehormatan dari Internasional Islamic University College Selangor Malaysia pada 24 Januari 2022. Gelar itu diberikan lantaran UAS dianggap berperan dalam bidang dakwah Islam dan ceramahnya tidak pernah menimbulkan kontroversi.
"Reproduksi narasi radikalisme berbasis agama yang dilakukan secara serampangan dengan tujuan untuk menyerang sesama anak bangsa harus segera dihentikan," katanya.
Di sisi lain, Bukhori juga menduga cap radikal yang dilakukan Singapura terhadap UAS dilatarbelakangi oleh motif politik karena posisi UAS yang terus mendukung kemerdekaan Palestina mengenai konflik di Palestina-Israel.
Diketahui, posisi tersebut bertolak belakang dengan Singapura yang merupakan sekutu terdekat Israel di Asia Tenggara dimana sampai saat ini belum mengakui kemerdekaan Palestina.
Sebelumnya, UAS mengumumkan bahwa dirinya baru saja dideportasi atau ditolak memasuki Singapura melalui akun Instrgram pribadinya pada Senin (15/5/2020) lalu. Ia mengaku pergi ke Singapura untuk berlibur bersama keluarga dan sahabatnya.
Setelah kabar penolakan UAS ini tersebar, pihak Kementerian Dalam Negeri Singapura akhirnya mengeluarkan pernyataan resmi yang menjadi alasan keputusan tersebut, salah satunya yakni UAS dinilai pernah menyebarkan ajaran ekstremis dan segregasi yang tidak dapat diterima di masyarakat multi-ras dan multi agama Singapura.