PARBOABOA - Popularitas chatbot ChatGPT yang mendadak naik daun dan meraup banyak pengguna membuat banyak perusahaan teknologi raksasa memperkenalkan layanan serupa tak terkecuali Elon Musk.
Padahal, Elon Musk sendiri adalah salah satu tokoh yang turun mengembangkan ChatGPT karena perbedaan prinsip dan masalah bisnis Elon Musk memilih keluar dari proyek OpenAI.
Karena itu, Elon Musk telah merekrut beberapa peneliti artificial intelligence (AI) atau kecerdasan buatan terbaik di dunia untuk membentuk laboratorium penelitian terbaru.
Tujuannya, para peneliti itu harus mengembangkan layanan chatbot serupa yang lebih baik dari ChatGPT milik OpenAI.
Mengutip dari Antara, Jumat (3/3/2023), Bos Tesla dan Twitter itu telah merekrut Igor Babuschkin, seorang peneliti yang baru saja keluar dari unit DeepMind AI Alphabet.
Laporan tersebut muncul setelah ChatGPT, chatbot berbasis teks yang dikembangkan oleh OpenAI yang dapat membuat draf prosa, puisi, atau bahkan kode komputer sesuai perintah, mendapat perhatian luas di Silicon Valley.
Musk yang ikut mendirikan OpenAI bersama dengan investor Silicon Valley Sam Altman pada 2015 sebagai startup nirlaba, telah meninggalkan dewan direksi pada 2018.
Kini, Musk dan Babuschkin telah membahas pembentukan tim untuk mengejar penelitian AI.
"Tetapi proyek tersebut masih dalam tahap awal, tanpa rencana konkret untuk mengembangkan produk tertentu," kata Babuschkin.
Babuschkin menambahkan, bahwa belum secara resmi menandatangani inisiatif Musk.
Sebelumnya, Elon Musk mengutarakan pendapatnya soal AI. Orang terkaya di dunia itu menilai pemerintah Amerika Serikat harus segera mengatur kecerdasan buatan.
"AI membuat saya stres," ujar Musk.
"Kita membutuhkan semacam otoritas regulasi atau yang mengawasi pengembangan AI. Pastikan AI bekerja demi kepentingan masyarakat. Ini teknologi yang cukup berbahaya. Saya khawatir saya mungkin sudah membuat sejumlah hal yang malah mempercepat perkembangannya," lanjutnya.
Elon Musk sebelumnya sempat memberikan peringatan tentang perkembangan AI atau kecerdasan buatan lewat akun Twitter-nya.
Berkaca dari perkembangan ChatGPT yang semakin naik daun, bos Twitter tersebut khawatir pengembangan AI yang tak terkendali berpotensi mengancam umat manusia.
Karena hal tersebut, miliarder itu meminta agar pemerintah dapat segera mengembangkan safety net atau pagar pengaman sehubungan dengan populeritas ChatGPT dan lainnya.
Pernyataan ini diungkap oleh bos Twitter, Tesla, dan SpaceX saat menghadiri World Goverment Summit di Dubai secara virtual.
"Salah satu risiko terbesar bagi masa depan peradaban adalah AI. Tapi AI itu ada dampak positif dan negatif--teknologi ini memiliki potensi besar, kemampuan besar, tetapi juga memiliki bahaya besar," kata Elon Musk.
Babuschkin mengonfirmasi kepada The Information bahwa dia belum setuju bekerja untuk proyek chatbot AI milik Musk itu.
Saat ini, belum ada informasi lebih banyak soal proyek chatbot AI ala Musk ini. Namun, kabar Musk tertarik membuat pesaing ChatGPT ini keluar setelah Elon Musk cukup vokal menyampaikan kritiknya terhadap chatbot AI bikinan OpenAI itu di Twitter.
Salah satu kritik utama Elon Musk terhadap ChatGPT adalah soal perlindungan yang diprogram ke dalam chatbot.
Misalnya awal bulan ini, sebuah eksperimen yang dilakukan kepada ChatGPT. Peneliti berusaha mencari tahu apakah bot tersebut akan menganggap penggunaan kalimat berupa cercaan rasial untuk menghentikan kejadian seperti bom nuklir diperbolehkan atau tidak.