PARBOABOA, Pematangsiantar - Sejumlah aktivis di Roma, Italia, pada Jumat (27/5/2022) waktu setempat, berunjukrasa di dekat kedutaan besar Vatikan guna menuntut pengusutan kasus pelecehan seksual di lingkungan Gereja Katolik Italia hingga tuntas.
Para demonstran mendekati Gedung Nunsiatur Apostolik, yang berlokasi di sekitar pusat kota Roma, sambil membawa spanduk dan papan peraga bergambar pria dan wanita dengan pakaian dalam lumuran darah.
Mereka mengaku terinspirasi oleh aksi protes yang diadakan di Tallinn, ibu kota Estonia, pada April lalu. Unjukrasa itu digelar guna menarik perhatian dunia atas adanya dugaan kekerasan yang dilakukan pasukan Rusia terhadap perempuan di Ukraina.
“Sayangnya, saya mengalami pedofilia. Dan setiap korban tahu bahwa mereka tidak dapat pulih dari apa yang telah mereka alami," kata Francesco Zanardi, salah seorang aktivis.
"Tetapi harapan terbesar kami adalah agar anak-anak lain tidak menderita seperti yang kami alami,” lanjut demonstran berusia 51 tahun itu.
Saat ini para uskup Italia tengah berdebat tentang metode pengusutan kasus pelecehan seks di lingkungan gereja.
Sebagian para petinggi Katolik menginginkan agar penyelidikan dilakukan sepenuhnya oleh internal gereja.
Sedangkan, sebagian pihak menghendaki agar penyelidikan dilakukan oleh pihak luar, yang bisa terdiri dari akademisi, pengacara, serta para pakar yang mengkhususkan diri pada kasus-kasus pelecehan seksual.
Masalah tidak berhenti sampai di situ. Para uskup juga terbelah soal apakah kasus yang diusut hanya sebatas pada perkara yang baru saja terjadi, atau juga meliputi kasus-kasus lainnya dalam beberapa dasawarsa terakhir.
“Diperlukan badan super partes (yang tidak memihak), yang dalam hal ini adalah negara, untuk mengelola situasi. Sayangnya, negara kini justru menjadi satu-satunya pihak besar yang absen dalam seluruh masalah ini selama bertahun-tahun,” kata Zanardi.