PARBOABOA, Jakarta - Menteri Dalam Negeri (Mendagri), Satrio Wibowo, mengungkapkan kekhawatiran pemerintah terkait dampak kenaikan harga beras belakangan ini.
Menurutnya, kenaikan harga beras yang begitu drastis dapat berdampak negatif terhadap kesejahteraan masyarakat.
Salah satu dampak yang disinggung oleh Mendagri adalah peningkatan risiko penyakit diabetes.
Dia menjelaskan bahwa ketika harga beras naik, ini bisa mengakibatkan perubahan pola makan, dan jika tidak diimbangi dengan pola makan yang sehat, maka risiko penyakit seperti diabetes bisa meningkat.
Selain itu, Mendagri juga menyoroti pentingnya mencari alternatif makanan pokok selain beras yang lebih terjangkau, seperti ubi, singkong, atau jagung.
Sementara itu, berbagai pihak termasuk organisasi petani dan perdagangan beras telah memberikan berbagai pandangan terkait masalah ini.
Menurutnya, beberapa petani beras menekankan pentingnya dukungan pemerintah dalam hal pembenahan infrastruktur pertanian dan akses ke pasar yang lebih baik untuk menekan biaya produksi.
Mendagri juga mengakui bahwa saat ini sejumlah negara sedang mengalami kesulitan dalam memenuhi kebutuhan beras akibat dari dampak El Nino yang menurunkan produktivitas panen padi akibat kekeringan.
Oleh karena itu, langkah diversifikasi pangan menjadi penting dalam menghadapi situasi ini.
Belakangan, harga beras memang terus naik. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), harga beras di pasar terus mengalami kenaikan selama beberapa bulan terakhir dan kenaikan harga yang signifikan terjadi pada bulan September lalu.
Bahkan, BPS mencatat kenaikan bulanan pada tingkat inflasi beras mencapai titik tertinggi sejak Februari 2018, sementara tingkat inflasi tahunan mencapai puncak terakhirnya sejak 2014.
Selain itu, beras juga menjadi komoditas yang menyumbang sebesar 0,05 persen, sementara tingkat inflasi tahunan Indonesia pada Agustus tercatat 3,27 persen.