Cadangan Devisa Indonesia Menurun, Ini Penyebabnya

Cadangan devisa Indonesia kembali mengalami penurunan sehingga mengakibatkan kekhawatiran akan stabilitas ekonomi. (Foto: Pixabay)

PARBOABOA, Jakarta - Cadangan devisa Indonesia kembali mengalami penurunan sehingga mengakibatkan kekhawatiran akan stabilitas ekonomi.

Data terbaru yang dikeluarkan oleh Bank Indonesia (BI) menunjukkan tren penurunan pada akhir Agustus 2023 sebesar USD 137,1 miliar dibandingkan Juli, yakni USD 137,7 miliar.

Penurunan ini terutama disebabkan oleh sejumlah faktor eksternal dan internal yang berkontribusi terhadap tekanan di pasar keuangan dan perdagangan.

Direktur Eksekutif Erwin Haryono mengatakan bahwa penurunan cadangan devisa dipengaruhi oleh pembayaran utang luar negeri pemerintah dan kebutuhan untuk stabilisasi nilai tukar rupiah sejalan dengan meningkatnya ketidakpastian pasar keuangan global. 

Posisi cadangan devisa tersebut setara dengan pembiayaan impor selama 6,2 bulan atau 6,0 bulan, termasuk pembayaran utang luar negeri pemerintah.

Selain itu, posisi cadangan devisa di atas standar kecukupan internasional sekitar 3 bulan impor. 

Bank Indonesia menilai bahwa cadangan devisa tersebut masih memiliki kapasitas untuk mendukung ketahanan sektor eksternal, menjaga stabilitas makroekonomi, dan menjaga stabilitas sistem keuangan.

Ke depan, Bank Indonesia memandang bahwa cadangan devisa akan tetap mencukupi, diperkuat oleh stabilitas dan prospek ekonomi yang tetap terjaga. 

Hal ini sejalan dengan respons bauran kebijakan yang telah diambil oleh Bank Indonesia dalam menjaga stabilitas makroekonomi dan sistem keuangan guna mendukung pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan.

Berikut ini terdapat beberapa dampak utama dari penurunan cadangan devisa

1. Pelemahan Mata Uang Domestik
Penurunan cadangan devisa seringkali menyebabkan pelemahan mata uang domestik. Hal ini terjadi karena cadangan devisa yang lebih rendah mengurangi daya beli mata uang asing.

Sehingga, pelemahan mata uang dapat memicu inflasi karena impor menjadi lebih mahal, yang pada gilirannya dapat mengurangi daya beli masyarakat.

2. Krisis Mata Uang
Penurunan ekstrem dalam cadangan devisa dapat memicu krisis mata uang, di mana nilai mata uang domestik merosot dengan cepat. 

Hal ini dapat mengakibatkan kepanikan dalam masyarakat, investasi asing keluar dari negara tersebut, dan kebingungan ekonomi yang lebih besar.

3. Ketidakstabilan Keuangan
Penurunan cadangan devisa dapat meningkatkan ketidakstabilan keuangan di negara tersebut. 

Faktori ini dapat mempengaruhi perbankan dan sektor keuangan, yang bisa mengalami tekanan karena kekhawatiran akan kebangkrutan atau kerugian yang tinggi.

4. Peningkatan Defisit Perdagangan
Jika penurunan cadangan devisa disebabkan oleh defisit perdagangan yang berlanjut, maka defisit tersebut mungkin semakin memburuk. 

Negara tersebut mungkin harus meminjam lebih banyak mata uang asing atau menggunakan cadangan devisa yang tersisa untuk membayar impor, yang dapat mengurangi cadangan lebih lanjut.

5. Penurunan Investasi Asing
Penurunan cadangan devisa dapat mengurangi daya tarik bagi investor asing. Negara tersebut mungkin menjadi kurang menarik untuk investasi asing karena risiko pelemahan mata uang dan ketidakstabilan ekonomi yang lebih besar.

6. Krisis Likuiditas
Penurunan cadangan devisa dapat menghadirkan tantangan dalam menjaga likuiditas ekonomi. 

Sementara itu, bank sentral mungkin harus memutuskan antara menggunakan cadangan devisa yang tersisa untuk memenuhi kebutuhan impor mendesak atau menjaga stabilitas mata uang domestik.

7. Pertumbuhan Ekonomi yang Terbatas
Penurunan cadangan devisa dapat menghambat pertumbuhan ekonomi, karena negara tersebut mungkin memiliki keterbatasan dalam melakukan investasi dalam pembangunan ekonomi, meningkatkan produktivitas, atau merangsang sektor ekonomi tertentu.

Editor: Wenti Ayu
TAG :
Baca Juga
LIPUTAN KHUSUS