PARBOABOA Jakarta - Menteri Kesehatan (Menkes) Budi Gunadi mengungkapkan meningkatnya kasus COVID-19 di Indonesia bukan dari pergerakan masyarakat, akan tetapi disebabkan oleh adanya subvarian baru.
"Secara scientific lonjakan kasus sebenarnya bukan disebabkan oleh pergerakan manusia, tapi oleh adanya varian baru. Begitu ada varian baru dan kondisi imunitas masyarakat tidak siap, itu terjadi lonjakan," kata Budi saat ditemui di Gedung Pusat Dakwah Muhammadiyah, Jakarta Pusat, Selasa (3/12/2022).
Menurut Budi, dibandingkan negara-negara di Eropa dan Asia, kasus COVID-19 di Indonesia selama 10 bulan terakhir tidak mengalami peningkatan sejak adanya subvarian baru.
"Nah daerah-daerah atau negara-negara di Eropa, Inggris, Belanda, Swedia, Hong Kong, dan China itu karena BA.2, jadi buat teman-teman yang perlu dipahami adalah lonjakan yang sangat tinggi itu sangat ditentukan oleh ada varian baru," ujarnya.
Hal ini terjadi dikarenakan masyarakat di Indonesia telah melakukan berbagai vaksinasi dan telah mengalami terinfeksi virus secara alami sehingga imunitas masyarakat di Indonesia lebih kebal untuk melawan virus subvarian baru.
"Jadi kekebalannya masih tinggi dan orang kita yang sudah tertular dan divaksinasi itu tinggi, punya antibodi. Antibodi kan asalnya either dari vaksinasi atau infeksi, jadi infection rate kita juga sudah tinggi," ungkapnya.
Sehingga saat ini pemerintah pun tidak melakukan aturan pembatasan mobilitas masyarakat meskipun ada subvarian baru Omicron BF.7 di Indonesia.
"BF.7 sudah ada 15 kasus dan tidak ada pergerakan naik. Jadi kita merasa ya tidak perlu kita mengetatkan kegiatan, mengurangi, membatasi kegiatan masyarakat, karena imunitas sudah tinggi," tuturnya.
Seperti diketahui, subvarian BF.7 pertama kali teridentifikasi di Bali pada (14/08/2022) dengan total ada tujuh kasus. Kemudian tujuh kasus di Jakarta dan satu kasus di Jawa Barat.