PARBOABOA - Wacana penundaan Pemilu 2024 tengah menjadi bola liar di kalangan elite politik Tanah Air.
Mulai dari ketua parpol hingga menteri awalnya ramai-ramai menyuarakan penundaan pemilu hingga perpanjangan masa jabatan Presiden Joko Widodo atau Jokowi.
Satu yang bikin heboh adalah pernyataan Menko Kemaritiman Dan Investasi, Luhut Binsar Pandjaitan yang mengklaim punya big data soal ratusan juta orang di media sosial yang setuju terkait wacana penundaan pemilu 2024.
"Karena begini, kita kan punya big data, saya ingin lihat, kita punya big data, dari big data itu, kira-kira meng-grab 110 juta. Iya, 110 juta, macam-macam, Facebook, segala macam-macam, karena orang-orang main Twitter, kira-kira orang 110 jutalah," kata Luhut.
Klaim soal big data milik mantan Kepala Staf Kepresidenan Republik Indonesia ini pun menuai kritikan dari berbagai pihak.
Bahkan salah satu pakar media sosial Ismail Fahmi pun memberikan data sanggahan pada big data yang dipegang oleh Luhut tersebut.
Juru Bicara Luhut, Jodi Mahardi menyebut, bahwa klaim big data luhut itu berdasarkan dari data internal. Hanya saja, ia enggan membeberkan data lengkap dan metode ilmiah pengumpulan data tersebut.
Herannya, tak lama usai pernyataan Luhut itu muncul sejumlah dukungan pun berdatangan. Salah satunya adalah dari Wakil Ketua DPR yang juga Ketum PKB, Muhaimin Iskandar alias Cak Imin. Ia bahkan terang-terangan meminta adanya penundaan pemilu.
Lantas, apa itu big data?
Big data sendiri diasumsikan sebagai wadah atau media penyimpanan yang menawarkan ruang tak terbatas, serta kemampuan untuk mengakomodasi dan memproses berbagai jenis data dengan sangat cepat.
Menurut informasi dari Sistem Knowledge Management TIK Kemendikbud, big data menjadi solusi dalam pertumbuhan data yang terus meningkat pada era digital ini.
Secara istilah, big data menurut perusahaan komputer IBM (International Business Machines Corporation) adalah kumpulan data dengan ragam jenis dan ukurannya berada di luar kapasitas database relasional. Baik dalam menyimpan, mengelola, hingga memproses datanya dengan latensi rendah.
Misalnya, ada 64.140 postingan Instagram story, 336.480 panggilan Skype, 567.360 tweet, 5.365.260 orang yang menonton YouTube, hingga 5.500.560 pencairan di Google dalam setiap detiknya yang dihasilkan secara bersamaan di dunia ini, seperti analisis dari program analisis statistik SAS.
Sebab itu, big data memiliki peran penting bagi perusahaan atau instansi dalam menjalankan bisnisnya.
Big data dapat membantu untuk menghemat biaya, mengambil keputusan dengan cepat dan cerdas, serta dalam mengembangkan produk.
Salah satu contoh penggunaan big data dalam pemerintahan Indonesia dapat dibuktikan dengan keberadaan DAPODIK atau Data Pokok Pendidikan.
Sebuah sistem pendataan skala nasional yang terpadu sekaligus sumber data utama pendidikan nasional yang menjadi bagian dari program perencanaan pendidikan nasional.
Karakteristik Big Data
Kapan sih data yang dihasilkan disebut dengan big data? Tentunya, jika memenuhi karakteristik dari big data sebagai berikut:
1. Volume
Namanya saja big data, tentu karakteristik utamanya adalah jumlah data yang sangat besar, bisa secara keseluruhan atau berdasarkan platform yang mengelolanya.
Contohnya, Instagram telah menyimpan 69,23% data personal lebih dari satu miliar pengguna di seluruh dunia.
2. Velocity
Kecepatan produksi data juga menjadi karakteristik big data, meliputi input data hingga penggunaan data.
Dengan adanya internet, proses ini berlangsung secara instan dan perubahan terjadi secara real-time.
Sebagai contoh, pengguna Instagram selalu bertambah lebih dari 100 juta akun setiap tahunnya. Itupun dengan kondisi bahwa setiap akun memiliki aktivitas yang berbeda dan terus menghasilkan data secara bersamaan.
3. Variety
Big data dari satu platform saja yaitu Instagram bisa bervariasi bentuknya. Misalnya, ada data yang berbentuk formulir data personal, foto, video, atau bahkan data filter instastory.
Bisa dibayangkan kalau data tersebut berasal dari berbagai platform dan bisnis yang berbeda, tentu bentuk formatnya berbeda-beda, seperti dokumen presentasi, tabel, dan lainnya.
Bahkan, ada data yang langsung bisa dibaca dan digunakan dan ada juga data abstrak yang perlu dianalisis dahulu sehingga bisa dikelompokkan menjadi:
- Structured data – Bisa digunakan langsung
- Semi-structured data – Perlu diolah sebelum digunakan
- Unstructured – Perlu dianalisis, diolah, dan baru bisa digunakan
Apapun itu, variasi data yang banyak menjadi karakteristik dari sebuah big data.
4. Veracity
Revolusi industri 4.0 membuat peran data dalam membantu mengambil keputusan cukup besar.
Maka, keakuratan sebuah data menjadi penting. Itulah kenapa veracity menjadi karakteristik big data berikutnya.
Bisa dibayangkan bahwa semakin besar sebuah data, semakin susah untuk mengelolanya dengan baik. Kalau terjadi error atau kesalahan proses, dampaknya bisa cukup besar.
Big data bukan hanya tentang adanya data yang dihasilkan, tapi tentang identifikasi data dengan tepat agar memberikan manfaat bagi pengguna.
Salah satu contoh sederhana adalah adanya pengguna nama akun pengguna (ID) dari platform seperti Instagram, Facebook dan lainnya.
5. Value
Big data memiliki value untuk memudahkan pengguna mengakses informasi dengan cepat dan mengambil keputusan berdasarkan berbagai data yang ada.
Contohnya, fitur Instagram Stories digunakan oleh 500 juta pengguna setiap harinya. Hal ini menunjukkan bahwa fitur yang memungkinkan pengguna membuat posting instan cukup digemari.
Artinya, fitur ini perlu dipertahankan pada platform tersebut dan bahkan dikembangkan dengan fitur tambahan seperti boomerang, multi-capture, reels, dan lnstagram.
Cara Kerja Big Data
Pengumpulan data tentu saja ada tujuannya. Agar kumpulan data raksasa ini bisa dimanfaatkan dengan baik, kata Penggiat teknologi dan pakar smart city Prof Suhono Harso, maka kita perlu tahu cara kerja big data.
Pertama, data dikumpulkan dari berbagai sumber, dimulai dengan mengatur integrasi data sebaik mungkin.
Misalnya mengumpulkan semua data berdasarkan kategori bisa dari kumpulan komentar pelanggan di media sosial, unggahan video, dan sebagainya.
"Data itu ada yang didapat medsos, kamera CCTV, sensor pintar, dan lain-lain. Data bisa didapat dengan banyak cara, dan ingat, harus legal dan beretika," Suhono mengingatkan.
Kedua, lanjutnya, pekerjaan berikutnya adalah bagaimana menyaring data-data yang didapat agar bisa berguna untuk kepentingan analisis.
Data yang sudah terstruktur ini kemudian diatur dan disimpan dengan baik.
Saat ini, media yang paling banyak dianjurkan adalah media penyimpanan online atau cloud, sehingga data memiliki kapasitas besar dan bisa diakses dari mana saja dan kapan saja.