PARBOABOA, Jakarta – Belakangan ini, media sosial dihebohkan dengan perbincangan tentang Indeks Prestasi Kumulatif (IPK) Gibran Rakabuming Raka, calon wakil presiden nomor urut 2.
Dalam unggahan akun X @BangBudiKur, wali kota Solo ini dituding lulus dengan nilai setara lower second class honours, yakni 2,3. Angka tersebut dianggap rendah bagi seorang calon pemimpin negara.
Melihat itu, Erik Ardiyanto, Pakar Komunikasi dari Universitas Paramadina, menilai bahwa nilai IPK tidak selalu mencerminkan kepintaran seseorang secara keseluruhan, namun hal ini juga tidak bisa digeneralisasi.
"Saya kira penting untuk mengakui bahwa rekam jejak akademik yang bagus dan jelas dapat mencerminkan proses perjalanan hidup seseorang," ungkap Erik Ardiyanto kepada PARBOABOA, Kamis (25/1/2024).
IPK rendah tidak serta merta berarti akademis yang buruk, mengingat ada faktor lain seperti fokus pada aktivitas organisasi atau mahasiswa yang bekerja sambil kuliah.
"Yang penting menurut saya adalah track record saat masih menjadi mahasiswa yang aktif dalam organisasi intra atau ekstra kampus. Di sana, mereka dilatih untuk memimpin, berdebat, dan mengelola konflik,” tuturnya.
Hal-hal inilah, kata dia, yang akan menambah pengalaman dan kecakapan kepemimpinan seseorang, khususnya dalam dunia politik dan pemerintahan.
Respon Gibran
Menanggapi kontroversi ini, Gibran mengaku heran dengan perhatian publik terhadap transkrip nilai akademisnya.
"(IPK) 2,3 itu menurut siapa ya, saya tidak tahu. Apa orang tersebut tahu nilai-nilainya?" ujar Gibran saat kunjungan di Purworejo, Jawa Tengah, Rabu (24/1/2024).
"Dia punya ijazah saya?" lanjutnya dengan nada heran.
Meski begitu, Ia mengaku terbuka menanggapi situasi tersebut dan berterima kasih atas masukan dari masyarakat.
Ijazah Palsu
Selain IPK, Gibran juga sebelumnya dihadapkan pada tuduhan memiliki ijazah palsu. Akun X @DokterTifa menyebut bahwa Gibran tidak pernah menuntut ilmu di University of Technology Sydney (UTS) Insearch Sydney, Australia.
Melalui cuitan, Dokter Tifa juga mempertanyakan cara Gibran memperoleh gelar sarjana hanya dalam waktu dua tahun di Universitas Bradford, UK. Isu pun menyebar dengan cepat dan ramai dikomentari netizen.
Gibran merespons isu ini dalam sebuah acara di Taman Ismail Marzuki (TIM) pada Minggu (19/11/2023), dengan menyatakan akan memperlihatkan ijazahnya di kantor Wali Kota Solo pada Senin (20/11/2023) pagi, mengundang media untuk memverifikasi keaslian dokumennya.
Pada hari yang dijanjikan, Gibran menunjukkan dua ijazah yang membuktikan pendidikannya di Management Development Institute of Singapore (MDIS) dan gelar yang diperoleh dari University of Bradford.
Ia berharap langkah ini akan mengakhiri perdebatan mengenai autentisitas ijazah yang menjadi perbincangan hangat di media sosial, menegaskan bahwa jika ijazahnya memang palsu, hal itu seharusnya sudah menjadi sorotan jauh sebelumnya, terutama saat ia mendaftar sebagai calon wakil presiden.
Profil Gibran Rakabuming
Gibran Rakabuming Raka, lahir di Solo pada 1 Oktober 1987, ia merupakan anak sulung dari tiga bersaudara, Joko Widodo dan Iriana sebagai orang tua.
Bersama dengan dua adiknya, Kahiyang Ayu dan Kaesang Pangarep, mereka tumbuh dalam keluarga dengan mendirikan perusahaan mebel CV Rakabu.
Gibran menghabiskan masa kecilnya di Solo dan menyelesaikan pendidikan menengah pertamanya di kota tersebut.
Sementara itu untuk pendidikan menengah atas, ia bersekolah di Orchid Park Secondary School Singapura pada 2002.
Selanjutnya pada 2007, ia lulus dari Management Development Institute of Singapore (MDIS), serta di University of Technology Insearch, Sydney, Australia, yang ia selesaikan pada tahun 2010.
Selama hampir delapan tahun di luar negeri, Gibran belajar hidup mandiri, sementara ayahnya di Indonesia menapaki karier politik yang cemerlang.
Mulai dari menjadi Walikota Solo, Gubernur DKI Jakarta, hingga Presiden RI ke-7. Meskipun berada dalam bayang-bayang kesuksesan ayahnya, Gibran memilih membuktikan dirinya sendiri sebagai entrepreneur tanpa mengandalkan nama besar orang tuanya.
Setelah kembali ke Indonesia, Gibran mendirikan bisnis catering Chilli Pari pada Desember 2010 dan kemudian menjabat sebagai ketua Asosiasi Perusahaan Jasa Boga Indonesia (APJBI) Kota Solo.
Dia juga mendirikan House of Knowledge untuk melatih karyawan cateringnya, khususnya dalam kemampuan berbahasa Inggris.
Bersama adiknya, Kaesang, ia memulai bisnis Kafe Markobar di Solo, yang menjadi terkenal lewat media sosial dengan produk martabaknya.
Tak berhenti di situ, Gibran juga memulai bisnis reparasi produk Apple dengan nama Icolor, menawarkan layanan perbaikan yang unik dan nyaman bagi pelanggan. Bersama adik bungsunya, ia juga terjun ke dunia e-commerce, menjual jas hujan dengan slogan "Tugas Negara Bos!".
Kini, Gibran maju untuk menjadi petinggi negara mengikuti langkah sang ayah dan menjadi cawapres nomor urut 2, bersama Prabowo Subianto.
Editor: Aprilia Rahapit