PARBOABOA, Jakarta - Kesempatan menjadi politisi dan mengembangkan partai politik berlaku bagi semua kalangan, termasuk kaum disabilitas.
Kesempatan itulah yang diambil salah satu Staf Khusus Presiden Joko Widodo (Jokowi), Angkie Yudistia. Ia memutuskan bergabung dengan Partai Persatuan Indonesia (Perindo).
Tak tanggung-tanggung, Angkie langsung didapuk menjadi bendahara umum, mendampingi Ketua Umum Perindo, Hary Tanoesoedibjo (HT) bergelut di kontestasi politik Indonesia ke depan.
Angkie menilai, bergabungnya ia ke Perindo sebagai wujud partisipasi aktif memperjuangkan hak-hak kelompok disabilitas, utamanya disabilitas perempuan di Indonesia.
Menurutnya, disabilitas perempuan juga memiliki hak yang sama sebagai warga negara untuk berkontestasi di dunia politik.
"Ini adalah political will bahwa perempuan, disabilitas, memiliki hak yang sama sebagai warga negara dalam asas politik," katanya di Jakarta, Rabu (17/7/2024).
Berlabuhnya Angkie ke Perindo, karena menurutnya partai besutan Hary Tanoe itu merupakan partai modern yang menjunjung tinggi demokrasi.
Perindo, lanjut dia, juga peduli terhadap rakyat kecil dan gigih berjuang untuk kesejahteraan rakyat, penciptaan lapangan kerja demi Indonesia maju.
Angkie juga yakin, Perindo bisa memberikan kesempatan mengembangkan perspektif yang lebih luas memperjuangkan hak-hak kelompok rentan dan disabilitas, utamanya keterlibatan aktif penyandang disabilitas dalam kontestasi politik.
Penyandang disabilitas tuna rungu ini juga ingin membentuk talenta dan pemimpin yang memiliki jiwa inklusif antar sesama manusia lewat Perindo.
Di Pilkada Serentak 2024, Angkie menitipkan pesan agar para calon kepala daerah merangkul dan melibatkan kelompok disabilitas di masa kampanye.
Apalagi menurutnya, penyandang disabilitas juga memiliki hak suara di dalam proses demokrasi 5 tahunan itu.
Ia turut menyoroti tempat pemungutan suara (TPS) yang masih belum ramah disabilitas, utamanya untuk kelompok tunanetra dan tuli.
Ia menilai perlunya pendamping disabilitas di setiap TPS yang dapat memudahkan kaum disabilitas dalam memilih.
Kondisi ini, kata dia, bisa menjadi catatan perbaikan di Pilkada 2024 November mendatang.
Angkie juga meminta calon kepala daerah harus memiliki pemikiran yang inklusif, termasuk berpihak kepada kelompok minoritas seperti disabilitas.
“Saat ini tantangan terbesar adalah implementasi kebijakan peraturan pemerintah di daerah yang seringkali kurang berpihak pada kelompok disabilitas,” kata dia.
Profil Singkat Angkie Yudistia
Angkie Yudistia kecil lahir dengan kondisi normal. Ia baru mengalami tuli di usia 10 tahun. Kondisi itu yang membuat dirinya mengalami minder hingga depresi.
Beruntung Angkie memiliki keluarga yang terus mendukungnya sehingga menjadi sosok difabel yang percaya diri hingga saat ini.
Perempuan 37 tahun ini juga terus melibatkan diri di masyarakat. Meski disabilitas, Angkie tidak minder bergaul dengan siapa saja.
Ia bahkan memilih bersekolah di sekolah negeri sejak jenjang SD hingga SMA.
Usai lulus dari SMAN 2 Bogor, Angkie melanjutkan kuliah di London School of Public Relation Jakarta dengan mengambil jurusan ilmu komunikasi dan pernah menjadi salah satu finalis Abang None Jakarta pada 2008 lalu.
Angkie juga dikenal aktif bergerak di bidang sosiopreneur. Ia bahkan menulis buku yang berjudul Perempuan Tunarungu, Menembus Batas.
Wanita kelahiran 5 Juni 1987 ini juga mendirikan Thisabel Enterprise, sebuah pusat pemberdayaan ekonomi kreatif untuk orang-orang disabilitas Indonesia.
Ingin disabel mandiri secara finansial menjadi salah satu alasan Angkie mendirikan Thisabel Enterprise.
Lewat Thisabel Enterprise ini, Angkie ingin produk yang dibeli konsumen bukan karena kasihan, tapi memang karena kualitasnya.
Tak hanya itu, perempuan yang kesehariannya menggunakan hijab ini juga aktif sebagai anggota Asia Pacifik Federation of the Hard of Hearing dan Deafened Person serta anggota International Federation Hard of Hearing Young people.
Pada November 2019, Angkie dipilih Presiden Jokowi menjadi salah satu staf khusus bidang sosial dari kalangan milenial.Ia terpilih menjadi staf khusus presiden bersama 6 tokoh milenial lain, yaitu Andi Taufan Garuda Putra, Adamas Belva Syah Devara, Putri Indahsari Tanjung, Ayu Kartika Dewi, Gracia Billy Mambrasar dan Aminuddin Maruf.