PARBOABOA, Jakarta – Ketua Umum (Ketum) Partai Demokrat, Agus Harumurti Yudhoyono (AHY) menyindir pemerintahan Presiden Jokowi mengenai program Bantuan Langsung Tunai (BLT) yang dulu sempat dihina-hina dan sekarang malah digunakan kembali.
"Dulu dihina-hina BLT kita, 'Apa itu BLT hanya untuk menghambur-hamburkan uang negara?' Dibilang kita tak punya cara lain. Padahal, itu lah cara yang bijaksana untuk membantu rakyat miskin. Betul?" kata AHY dalam Rapat Pimpinan Nasional (Rapimnas) Partai Demokrat di JCC Senayan, Jakarta, Kamis (15/09/2022).
Menanggapi itu, Politikus Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) Adian Napitupulu mengatakan, putra sulung Presiden RI ke-6 Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) itu harus lebih banyak belajar soal data dan berhitung.
"Kalau menurut saya, AHY harus lebih banyak belajar tentang data. Kalau bisa belajar berhitung lagi lah," sebut Adian di Bogor, Jawa Barat, Jumat (16/09/2022).
Anggota Komisi VII DPRD RI dari partai berlambang banteng itu mengatakan, BLT era SBY dan Jokowi jelas berbeda. Sebabnya karena kenaikan bahan bakar minyak (BBM) di era SBY lebih tinggi.
“Naiknya BBM di era SBY itu 259 persen, di era Jokowi BBM cuma naik 54 persen. Ada selisih 205 persen kenaikan antara SBY dan Jokowi. Lebih tinggi 200 persen di jaman SBY dibandingkan Jokowi,” kata Adian.
Perbedaan lainnya yang disebut Adian terkait bantuan program sosial pada era Jokowi.
“Nilai BLT, sebagai satu BLT tidak jauh berbeda. Tapi kan ada 6 sampai 7 program-program sosial lainnya. Ada PKH dan sebagainya, ya akumulasikan saja,” jelasnya.
“Ada satu keluarga yang bisa dapatkan 4-5 program. Untuk anaknya sekolah, dia dapat untuk pengganti BBM-nya, dia dapat utk kesehatan. Zaman SBY mana, enggak ada,” lanjutnya.